My J [Chapter 7]

HI !! I’M JOBLESS AND SLEEPLESS 😀 sorry nih kalo sering banget update di sini karena ya itu dia…JOBLESS ^^

enjoy~

~~~~ ~~~~ ~~~~

Chapter 7

 

“Apa maksudmu tinggalkan semuanya? Sunny-ah, kita akan memakai studio ini untuk video musik Tiffany besok. Kita harus membersihkan dan menyiapkannya.” Tanya Luna, sekretaris Sunny.

“Aku sudah mempekerjakan seseorang untuk melakukannya.” Kata Sunny dengan senyuman penuh arti. Ia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik sebuah pesan.

+++

Sooyoung tengah bersiap-siap untuk jalan-jalan karena hari ini mereka tidak pergi bekerja, semalam ia tidur dengan nyenyak dan suasana hatinya saat ini sedang baik, pada kenyataannya ia bernyanyi-nyanyi sambil menyiapkan keperluannya. Ia mengenakan setelan kesukaannya, memastikan penampilannya terlihat rapi. Ia bersiul-siul sambil berjalan menuju mobilnya dan ketika itu ponselnya berdering.

From: Si pendek jahat

Bersiaplah untuk hari pertamamu bekerja. Temui aku di kantor SME.

“Aish! Aku memang setuju untuk menjadi budakmu tapi aku tidak akan pernah membiarkanmu berkuasa, kerdil! Sooyoungie fighting!” kata Sooyoung pada dirinya sendiri. “Kurasa aku harus mengirim SMS pada Taeng.”

To: ByunTaeyeon

Si pendek jahat itu menyuruh kita untuk menemuinya di SME sekarang.

Sooyoung masuk ke dalam mobil setelah mengirimkan SMS itu pada Taeng. Ia lalu melajukan mobilnya. Butuh waktu 30 menit untuk akhirnya tiba di tempat yang dimaksud dan ia bisa melihat Taeyeon sedang menunggunya.

“Dia benar-benar membencimu sampai memanggilmu pagi-pagi sekali.” Kata Taeyeon.

“Perhatikan aku selagi aku menguasainya.” Sooyoung berjalan masuk ke dalam perusahaan, Taeyeon mengikuti di belakangnya.

Para karyawan memberikan pandangan kaget ketika melihat dua laki-laki yang memasuki perusahaan. Mereka ingin tahu agenda kedua laki-laki itu. Beberapa karyawan mengira kalau kedua laki-laki itu akhirnya ingin memasuki bisnis hiburan.

“Saya ke mari untuk menemui Lee Sunny.” Kata Sooyoung pada security, pria itu hanya mengangguk dan membiarkan mereka masuk.

Seorang gadis mungil menyambut mereka.

“Selamat pagi Mister Choi.” Sapa Luna lalu memandang Taeyeon dengan pandangan bingung. “Mister Kim?”

“Pagi! Di mana bosmu?” tanya Sooyoung.

“Beliau sedang menunggu Anda di kantornya. Saya akan mengantar kalian ke sana.” kata Luna.

Mereka mengikuti Luna dan tak berapa lama mereka akhirnya tiba di kantor Sunny. Luna berpamitan dan meninggalkan kantor. Sunny tengah duduk di kursi putarnya sementara Tiffany duduk di sofa.

Sunny tertawa kecil. “Setelan yang bagus!”

+++

“Kau sungguh akan membiarkan dia membersihkan dan menyiapkan studio ini?” tanya Tiffany. Ia tidak memercayai apa yang sedang dilakukan sahabatnya tersayang.

“Ya! Lagipula dia seorang arsitek, merancang adalah keahliannya.” Kata Sunny.

“Kau gila!” Tiffany geleng-geleng kepala. Ketika itu pintu terbuka menampilkan Luna, Sooyoung dan Taeyeon. Tiffany mendadak panik.

“Sedang apa dia di sini?” Tiffany mendengar Sunny tertawa kecil.

“Setelan yang bagus!”

+++

“WOOAH!! Dia benar-benar gila! Aku bahkan tidak bisa-aish!” kekesalan Sooyoung akhirnya meledak setelah kedua gadis itu meninggalkan mereka di dalam studio. Taeyeon menertawakannya.

“Siapa yang menguasai siapa?” ejeknya. “Ayo bergerak dan kita bereskan semua ini!” kata Taeyeon lalu mulai bekerja.

~~~;~~~;~~~

“Bisakah kau pergi? Kau membuatku jengkel.” Kata Yoong dengan mata tertutup. Mereka sedang berada di kamar Yoong. Sejak Yul masuk ke dalam kamar Yoong, ia terus gelisah. Ia berjalan mondar-mandir lalu duduk di sofa lalu kembali berdiri yang mana membuat Yoong jengkel. Karena Yul tidak bisa menghubungi Sooyoung dan Taeyeon untuk mengajak mereka pergi dengannya hanya untuk menghindari Jessica, ia memutuskan untuk diam di kamar Yoong.

“Maafkan aku, kumohon jangan usir aku!” kata Yul.

“Kau aneh.” Kata Yoong lalu kembali tidur.

Yul berjalan menuju balkon, ia butuh udara segar. Ia melihat Jessica di taman. Ia mulai panik dan bersembunyi di belakang pot tanaman. Dan lagi-lagi, jantungnya bedebar tak karuan. Ia tetap bersembunyi dan mengamati Jessica dari sana. Gadis itu sangat menyukai mawar merah, dia kerap menciumi bunga-bunga itu.

“Bittersweet.” Gumam Yul. Ketika itu, ia mendengar Jessica memekik kesakitan, ia bisa melihat darah di jari gadis itu. Yul bergegas menghampiri Jessica. Tak berapa lama ia pun tiba di hadapan Jessica. Yul berlutut untuk melihat jari gadis itu.

“Aku tidak apa-apa, Yul.” Kata Jessica sambil menarik tangannya namun Yul tidak melepaskannya.

“Aku akan menarik durinya, ini akan sedikit sakit.” Kata Yul lalu dengan hati-hati menarik duri yang menancap di jari Jessica.

“EKKK.” Jessica mengeluarkan jeritan lumba-lumbanya.

“Lain kali hati-hati.” Kata Yul dan hendak melepaskan tangan Jessica ketika ia melihat sesuatu. Terdapat sedikit luka bakar di tangan lembut Jessica. Luka itu terlihat masih baru, dia mungkin mendapatkan luka itu saat memasak tadi pagi. Yul merasa bersalah, ia ingin memukul dirinya sendiri.

“Tanganmu sakit?” tanya Yul dan Jessica mengangguk malu-malu.

“Tapi jangan khawatir aku-” kata-kata Jessica terputus ketika Yul tiba-tiba memeluknya.

“Terima kasih. Jangan sampai terluka lagi.”

~~~;~~~;~~~

Taeyeon duduk sembarangan di lantai, napasnya terengah-engah, ia merasa lelah setelah membersihkan dan merapikan studio. Dengan bertelanjang dada dan berkeringat, ia membuka tutup botol minum dan meneguknya. Sudah satu jam berlalu sejak Sooyoung pergi makan, tentu saja dia mungkin sedang makan dengan rakus, seperti biasanya. Mereka sudah bekerja selama hampir setengah hari namun tetap saja Taeyeon tidak merasa lelah. Ia melakukan pekerjaan ini demi Tiffany sehingga ia terinspirasi untuk bekerja keras. Taeyeon melirik jam tangannya, jam menunjukkan pukul 10 malam.

“Kau masih di sini?” Taeyeon mengangkat kepalanya saat mendengar suara Tiffany.

“Hei.” Taeyeon mendadak gugup.

“Di mana Sooyoung? Seharusnya dia sendiri yang bekerja di sini.” Kata Tiffany.

“Dia pergi makan. Lagipula kami sudah selesai.”

Pandangan Tiffany turun ke dada laki-laki itu dan ia pun tersipu. Taeyeon menyadari hal itu dan segera mengambil kausnya.

“Maaf.” Kata Taeyeon namun kemudian ia teringat akan saputangan Tiffany. “Kau meninggalkan saputangan ini di Jeju.”

Tiffany baru saja akan mengambilnya namun akhirnya memilih tidak. “Lap keringatmu.”

“Huh?” tanya Taeyeon.

“Pakai saputangan itu untuk menyeka keringatmu.” Kata Tiffany lalu melangkah pergi, namun sebelum ia mencapai pintu ia mendengar Taeyeon berbicara.

“Kau sudah makan?”

Tiffany menoleh pada Taeyeon, ia hanya memandanginya. Taeyeon mulai panik.

“Yah, aku belum makan, aku ingin tahu kalau-”

“Oke.” Kata Tiffany. “Aku akan menunggumu di lobi.

Tiffany telah pergi dan Taeyeon masih dalam keadaan terkejut.

“Dia bilang iya.” Taeyeon tersenyum begitu teringat pergi makan malam dengan Tiffany.

~~~;~~~;~~~

Yoong berjalan berkeliling rumah, ia mencari si pemilik boneka bertampang aneh. Ia merasa bersalah karena berteriak pada si pemilik.

“Di mana gadis itu? Siapa namanya?” Yoong menolehkan kepalanya dan ia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, ia lalu melihat seorang gadis yang tengah belajar di ruang duduk. Yoong bersembunyi di balik tiang dan mengamati gadis tersebut.

“Dia masih sekolah?” gumam Yoong.

“Mahasiswa.” Yoong hampir melompat ketika mendengar suara dari belakangnya.

“Astaga! Kau mengagetkanku!” seru Yoong.

Jessica hanya terkekeh. “Kau sedang mengintip Seohyun?”

“Ya…Tidak…maksudku-” Yoong mendekat pada Jessica dan berbisik. “Apa adikmu suka menggigit?”

Jessica tertawa terbahak-bahak, menarik perhatian Seohyun.

“YAH! bisakah kau diam?” kata Yoong. Namun terlambat, Seohyun telah berjalan ke arah mereka.

“Unnie?” Seohyun memanggil kakaknya.

“Lihat saja sendiri.” Kata Jessica sambil menepuk bahu Yoong. “Tidak ada apa-apa, Seohyun-ah.” Teriak Jessica lalu pergi sebelum Seohyun datang.

Yoong menunduk dan merentangkan lengannya di hadapan, ia memegang keroro.

“Ini bonekamu!”

Seohyun mengambil boneka tersebut dan tetap diam di sana menunggu kalau-kalau Yoong masih ingin mengatakan sesuatu. Namun laki-laki itu hanya pergi begitu saja.

“Tidak ada permintaan maaf?” tanya Seohyun kecewa.

“Kwon Yoong tidak pernah meminta maaf.” Kata Yoong dengan senyum menyeringai lalu melangkah pergi.

“Kasar sekali!” pikir Seohyun.

Di sisi lain, Yoong merasa lega setelah berhasil pergi dari Seohyun.

“Astaga! Tatapan anak itu bukan main-main!” kata Yoong sambil memegang dadanya.

~~~;~~~;~~~

Yul berada di ruang bawah tanah lagi, ia tengah mengerjakan proyek spesial dalam menciptakan dunia sempurnanya. Ia tersenyum. Sejak kapan ia tahu bagaimana cara melamun? Dan sejak kapan ia peduli dengan seorang gadis.

“Jessica”.

Yul terlalu banyak menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Gyuri. Jika saja Gyuri masih hidup, ia mungkin telah memiliki keponakan sekarang. Yoong akan menjadi laki-laki paling bahagia di dunia. Sejak saat itu ia berjanji untuk lebih mengutamakan Yoong daripada dirinya, ia tidak bisa jatuh cinta pada seorang gadis sebelum Yoong bisa jatuh cinta, sebelum Yoong kembali bahagia.

Yul menaruh miniatur seorang anak laki-laki dan perempuan yang sedang berlutut di atas rumput di depan sekumpulan mawar merah. Anak laki-laki itu memeluk si anak perempuan. Lagi-lagi ia tersenyum saat melihat hasil karyanya.

“Tuhan! Kurasa aku tidak bisa lari dari Jessica! Tapi untuk saat ini aku harus menghindarinya. Apa yang harus aku lakukan?”

Yul menghela napas lalu ia mendengar sebuah ketukan di pintu.

“Yul, kau ada di sana?”

+++

Jessica cemberut saat ia duduk di atas rumput di bawah pohon besar. Ia telah mencari Yul selama satu jam namun ia tidak bisa menemukannya.

“Di mana dia? Aku yakin dia tidak pergi keluar.” Gumam Jessica. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat dan menghela napas frustrasi. Ketika itu menemukan sebuah pintu, ia berjalan mendekati pintu itu dan mengetuknya.

“Yul, kau ada di sana?” tanya Jessica.

Di sisi lain, Yul diam membeku. “Dia tidak boleh melihat ini.” Yul menutupi miniatur itu dengan selimut.

Jessica tidak mendengar jawaban apapun sehingga ia membuka pintu tersebut.

Yul mendengar pintu terbuka sehingga ia bergegas ke pintu dan bertubrukan dengan Jessica. Mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke rumput. Yul berada di atas Jessica dan wajah mereka tertaut beberapa inci saja. Yul baru saja akan bangun ketika Jessica memegang tengkuknya dan menariknya; memberikan sebuah ciuman padanya. Mata Yul terbelalak, ia tidak bisa bergerak sejenak. Jessica memperdalam ciuman itu. Yul bisa merasakan betapa manisnya dia sampai-sampai ia hilang kendali dan membalas ciuman tersebut.

“Sica, apa yang sedang kau lakukan?”

Mereka baru melepaskan ciuman itu saat mereka membutuhkan udara. Yul masih dalam keadaan terkejut dan mulutnya melongo. Jessica mengelus pipinya.

“Biarkan aku membantumu Yul. Aku tidak akan menanyakan apa yang sedang kau lalui tapi kumohon, biarkan aku membantumu.”

“Tuhan, kenapa kau memberikan siksaan seberat ini padaku?” Yul memaksakan seulas senyum dan bangkit. Ia mengulurkan tangan pada Jessica.

“Ayo kita masuk ke dalam. Udara di sini semakin dingin.”

Jessica meraih tangan Yul dan tidak melepaskannya. Mereka berjalan bergandengan tangan. Kali ini tingkah mereka bukanlah pura-pura.

“Kau harus memperbaharui profilmu dan menghapus nama panggilan ‘ice princess’.” Kata Yul.

“Aku bersikap seperti ini hanya padamu, pabo.”

~~~;~~~;~~~

“Terima kasih sudah menerima ajakanku, Tiffany.” Kata Taeyeon, mereka kini berada di depan apartemen Tiffany. Tiffany hanya mengangguk.

“Sudah selarut ini, sebaiknya kau segera pulang. Aku lelah dan sekarang aku ingin istirahat.” Kata Tiffany lalu membuka pintu apartemennya.

“Maafkan aku karena bersikap kasar padamu.” Kata Taeyeon dan membuat Tiffany menoleh.

“Aku akan pergi sekarang, selamat beristirahat.” Kata Taeyeon lalu melambaikan tangan dengan lucu membuat Tiffany terkekeh.

“Dah, sampai jumpa lagi.” Kata Tiffany dengan seulas senyum dan menutup pintu apartemennya.

“Sampai jumpa…Sooyoung, aku berhutang banyak padamu.”

 ~~~;~~~;~~~

TBC

credit: samHolmes @AFF 

boiboi~