Unlike Him [Chapter 25]

fail!!!

enjoy~

~~~~ ~~~~ ~~~~

Chapter 25

 

Lima hari belum berakhir tapi pasangan itu kini telah berdamai lebih cepat dari yang diharapkan. Jessica bersikeras memasak untuk Yuri meskipun ia harus berdebat dengan Yuri sebelumnya. Ia bersenandung saat ia menyiapkan makan siang mereka. Pertama kalinya memasak untuk Yuri, ia sangat antusias dengan kemungkinan reaksi laki-laki itu. Sepertinya Donghae telah melatihnya untuk menjadi istri yang sempurna, dan ia sangat berterima kasih kepadanya. Meskipun ia merasa menyesal karena tidak dapat membalas cinta yang seharusnya dia dapatkan. Tapi memiliki jantung Donghae, ia merasa lebih aman sekarang. Dia memiliki dua pria yang ia sukai.

“Sica!” panggil Yuri dari kamar mereka.

Jessica buru-buru berlari ke arahnya, khawatir. “Apa?”

“Ponsel kita, ya ampun, ponsel kita hilang. Bagaimana mungkin kita kembali?” Yuri mengerutkan keningnya.

Meskipun keduanya ingin menghabiskan waktu bersama, mereka masih memikirkan Jisoo yang mungkin menangis mengingat ibu dan ‘Paman’ kesukaannya tidak ada di sana.

“Haish… Berapa lama lagi kita akan tinggal di sini? Aku sudah merindukan Jisoo,” Jessica cemberut.

Melihat ekspresi lucu gadis di depannya, Yuri tidak bisa menahan senyumnya. “Yah, kenapa kau lucu sekali, eh? Kita cari saja nanti, mungkin kita bisa menemukan jalan keluarnya.” Katanya dan menatap gadis itu dari kepala sampai kaki. Ia akhirnya menyadari betapa seksinya Jessica hanya dengan mengenakan kemeja dan rok dengan celemek berwarna cerah dan rambutnya yang dikuncir. Yuri tersenyum menyeringai padanya.

Jessica cepat menyadari hal itu dan memeluknya, merangkulkan lengannya di leher Yuri. “Kau terlihat mesum Yuri.”

Di sisi lain, dengan senang hati Yuri meletakkan tangannya di pinggang Jessica dan menariknya lebih dekat. “Aku berada sendirian dengan wanita terseksi di dunia, siapa yang akan menyalahkanku? Dan tidak ada seorang pun di sekitar sini, kau hanya milikku seorang.”

Jessica memutar bola matanya dan menampar tangan Yuri sebelum berjalan kembali ke dapur. “Ayo kita makan, Yuri!”

Yuri tersenyum dan mengikutinya.

Begitu mereka mulai makan, suasana menjadi tenang. Rasanya sama seperti pagi hari setelah malam pertama mereka dulu. Suasana hening, lirikan diam-diam, dan senyum-senyum malu, semuanya sama seperti dulu.

Setelah makan, Jessica memutuskan untuk berjalan keluar dan melihat lingkungan sekitar mereka. Ia bisa mengingat dengan jelas bahwa mereka sudah berada di rumah keluarga mereka. Kenapa tiba-tiba terbangun di tempat yang asing ini? Apakah keluarganya ada hubungannya dengan ini? Ia memikirkan siapa-siapa saja yang bisa melakukan ini pada mereka berdua. Orangtuanya? Bukan. Taeny? Ya!

Itu benar! pikirnya. “Mereka berdua!” dengan jengkel ia mencoba memikirkan cara untuk menghukum keduanya ketika ia bertemu dengan mereka nanti.

Tiba-tiba ia tersentak saat sepasang tangan hangat merangkul pinggangnya. Ia tersenyum dan mengencangkan pelukan tangan laki-laki itu di pinggangnya.

“Apa kau tahu tempat ini?” Bisik Yuri.

“Tidak,” jawabnya singkat. “Bagaimana denganmu?”

“Aku juga tidak tahu. Aku hanya berpikir, kenapa kita di sini?”

“Aku tidak mengerti. Tapi aku mencurigai orang yang melakukan semua ini.”

“Siapa?”

“TaeNy.”

Yuri berhenti dan memikirkannya. “Ck! Si pendek itu! Aku akan mencuri semua dookongnya.”

Jessica tersenyum padanya. “Bagaimana kalau kita pergi melihat-lihat?” Tanyanya, berbalik untuk menatap laki-laki itu “Mungkin kita bisa menemukan cara untuk keluar dari sini?”

Yuri mengangguk dan keduanya mulai berjalan.

“Tapi kau tahu, Sica… Aku suka ide ini. Hanya kita berdua, ini akan memberi kita kesempatan untuk menyelesaikan masalah kita, bukan?” Ia memulai. Yuri segera memegang tangannya dan tersenyum penuh cinta padanya.

Jessica ingin bertanya pada Yuri. Berbeda dari masa lalu, tiga tahun lalu tepatnya, di mana mereka tidak tahu apa itu cinta, mereka merasa tidak keberatan dengan hubungan ‘tanpa-status’. Tapi untuk Jessica, di usianya sekarang, di mana ia tidak bisa bermain-main lagi, tidak dengan usia Jisoo yang semakin bertambah.

“Y-Yuri,” ia tergagap, berusaha untuk merangkai kata-kata untuk ditanyakan padanya.

“Hmm?”

“A-apakah menurutmu… tidak…Aku ingin menanyakan sesuatu,” ia tergagap.

“Baiklah, silakan. Tanya aku…”

“Kita ini apa?” tanyanya malu-malu.

“Kita?” Ulangnya.

Jessica menatapnya. Apakah mereka masih sama dengan Yuri dan Jessica tiga tahun lalu? Mungkinkah Yuri masih seperti dulu?

“Sebenarnya…”

Sebenarnya, ulangnya dalam hati.

“Kita… kita sudah mengatakannya, kau tahu, aku mencintaimu. Jadi aku pikir sekarang kita berpacaran,” katanya, menunggu reaksi Jessica sambil melirik ke wajahnya. “Tapi… tapi kalau kau tidak mau aku tidak akan memaksamu. Mungkin kau belum siap untuk menerimaku.”

Jessica merasa lega, entah kenapa ia menyukai apa yang ia dengar, tapi ia tetap diam dan tersenyum sendiri sementara Yuri yang masih melihat ke bawah, ia masih ingin mengatakan sesuatu.

“Tapi Jessica, aku juga ingin kau menjadi… pasanganku. Sama seperti Fany untuk Taeyeon, dan begitu juga sebaliknya,” Yuri menunggu reaksinya. “Tidak apa-apa,” lanjutnya. “Aku tidak akan memaksamu. Selama kau memberiku kesempatan, aku akan membuktikan diriku kalau aku layak untuk mendapatkanmu dan Donghae sudah merestuiku.”

Suasana di antara mereka hening sejenak saat mereka berjalan melewati jalan setapak yang tak berujung.

“Yuri…” katanya dan menatapnya. “Aku sudah memberimu kesempatan.”

Yuri tersenyum padanya. “Terima kasih.”

“Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku jika aku tidak memberimu kesempatan,” lanjutnya mengangkat tangan mereka yang saling bergandengan.

“Kenapa?”

“Kenapa apa?”

“Tolong jangan salah paham dengan rasa ingin tahuku tapi, kenapa kau memaafkan aku dengan begitu mudah?”

Keduanya berhenti. Jessica menatap lurus-lurus pada mata cokelat laki-laki di depannya. “Berapa kali pun aku ingin melupakanmu dan mengabaikan perasaanku padamu, aku tidak bisa. Hatiku selalu menentang apa yang diputuskan pikiranku. Sejak tiga tahun lalu aku berkata pada diriku sendiri kalau aku tidak akan memaafkanmu, kalau aku membencimu, kalau aku tidak memiliki perasaan untukmu lagi, tapi aku hanya membohongi diriku sendiri. Suatu hari, aku terbangun dan menyadari kalau aku tidak bisa membencimu selamanya. Dan semakin aku menghentikan diriku, semakin aku merindukanmu. Intinya, aku mencintaimu Kwon Yuri. Dengan bodohnya aku jatuh cinta padamu.”

“Jadi… m-maukah kau menjadi…

.

.

.

.

Menjadi…

.

.

.

Istriku…”

.

.

.

.

“Istri?”

Yuri mengangguk, “Sica, kita sudah memiliki Jisoo. Kita sudah saling menyatakan apa yang kita rasakan, kita berdua ingin bersama,” ia membela.

“Aku tahu itu.”

“Jadi bagaimana kalau… menikah denganku?”

Jessica mendengus. “Beginikah caramu melamarku? Kalau iya, aku tidak akan menerimanya. Dan kukira kau akan menunggu?”

Yuri tertawa, ia merasa malu. “Aku …uhmm…”

Melihat Yuri yang lucu dan gagap, membuat Jessica memutuskan untuk menciumnya. Mata Yuri kembali melebar. Hari itu sudah kedua kalinya Jessica menciumnya lebih dulu.

Yuri sedikit menarik diri, melepas ciuman mereka.

“Apa?” Jessica mengerutkan kening.

“Apakah itu berarti ya?”

“Tidak, kau hanya terlalu lucu,” ia terkekeh.

“Jangan mempermainkanku Sica,” kata Yuri cemberut.

“Ya, aku mau menikah denganmu,” katanya sambil tersenyum.

Yuri tersenyum begitu ia mendengar jawabannya. “WOOHOO!!” ia berteriak penuh sukacita. Yuri menarik Jessica lebih dekat dengannya, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. “Izinkan aku memulai ciuman kali ini.”

Beberapa saat kemudian, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Sudah saatnya mengganti perban di luka Yuri, setelah mereka berdua mandi secara terpisah. ^^

Karena kemarin malam sudah gelap, Jessica tidak melihat perut six pack yang Yuri miliki. Sebuah fitur tubuh yang tidak dimilikinya tiga tahun lalu. Yuri segera menyadari tunangannya menatap kosong ke arahnya.

“Sica, kau boleh menyentuhnya, itu milikmu,” godanya dan tertawa.

Sica menatapnya polos seolah-olah Yuri berbicara dengan bahasa alien. “Tubuhmu berubah,” gumamnya.

“Tentu saja. Aku ingin menyiapkan diriku.”

Jessica mendengus dan kembali ke tugas awalnya. ia perlahan-lahan mengobati luka yang tidak sedalam ia kira dan menempelkan kasa baru di atasnya.

“Terima kasih,” kata Yuri begitu Jessica selesai.

Yuri tiba-tiba menepuk ruang di sampingnya, “Berbaringlah di sini.”

Jessica mengangguk perlahan dan berbaring di sampingnya, menghadap wajahnya. Sama seperti ketika ia terbangun pagi tadi, Yuri kemudian menyisir rambutnya lagi dengan menggunakan tangannya.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanyanya.

Jessica merebahkan kepalanya di dada Yuri dan menghela napas. “Aku merasa nyaman,” katanya.

“Bagaimana denganku?”

“Bagaimana perasaanku padamu?” Jessica menatapnya. Yuri mengangguk, “Kau sudah dewasa. Dan aku sangat bersyukur kau ada di sini.”

“Bagaimana dengan Donghae? Apakah kau… kau mencintainya?”

Jessica tidak tahu harus menjawab apa, “Ya.” Yuri merasa hancur begitu ia mendengarnya. “Tapi aku tidak mencintainya seperti aku mencintaimu,” akunya dan mulai menggambar lingkaran di dada Yuri. “Kurasa dia lebih terlihat seperti seorang kakak bagiku.”

Yuri mengencangkan pelukannya. “Aku juga tidak mencintai siapa pun seperti aku mencintaimu,” katanya gembira. Sepertinya Jessica terlalu banyak bermain dengan emosi Yuri.

“Benarkah? Bukankah kau seorang player?”

“BUKAN!” Ia segera membantahnya. “Kau satu-satunya gadis yang aku cintai; kau adalah orang yang paling penting bagiku.”

Jessica tersenyum mendengar kata-kata manisnya. “Aku percaya padamu Yuri. Kumohon jangan patahkan hatiku lagi.”

Mereka berpelukan dan segera terlelap dalam pelukan masing-masing.

*****

Jessica terbangun sendirian di kamar. Langit di luar sudah gelap. Ia memandang sekeliling kamar tidur dan mencari Yuri. Ia segera memutuskan untuk melompat dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang duduk.

“Yuri …” serunya.

Tidak ada jawaban.

Ia melihat ke luar rumah dan matanya melebar ketika melihat lilin-lilin yang mengarah ke meja di mana Yuri berdiri, tersenyum lebar, menunggunya. Tampaknya Jessica terlalu kaget untuk bergerak, Yuri menggeleng dan memutuskan untuk berjalan ke arahnya.

“Selamat malam, princess,” sapanya.

Jessica menatap Yuri dari kepala sampai kaki. Rambutnya tertata rapi, ia mengenakan jas dan bahkan memakai sepatu kulit hitam. Ia kembali melihat dirinya sendiri, ia hanya mengenakan baju tidur.

Yuri sudah berjalan menghampirinya. “Tunggu.”

Yuri berhenti, alisnya berkerut. “Kenapa?”

“Ini agak memalukan,” katanya sambil menunduk, menyembunyikan wajah malunya.

Yuri mengerti apa yang dibicarakannya. Ia tersenyum dan berjalan lebih dekat lalu memegang tangannya erat-erat. “Kau terlihat cantik bahkan hanya mengenakan baju tidurmu…”

Jessica mengerutkan kening, mendengus.

“Aku bahkan bisa menikahimu walaupun kau memakai baju itu di pernikahan kita.” Yuri mengedipkan sebelah matanya. “Ayo, mari kita pergi. Makanan kita keburu dingin.”

Jessica tersenyum dan mengikutinya.

Dengan sopan Yuri menawarinya untuk duduk lebih dulu kemudian ia duduk di hadapan tunangannya.

“Untuk apa ini?” Tanya Jessica, melihat sekelilingnya dengan kagum. “Dan dari mana kau mendapatkan semua ini?”

“Benar, kan?” Katanya. Berada di rumah terpencil ini, TaeNy tampaknya telah melengkapi segala sesuatu yang mereka perlukan. Ketika putrinya sibuk tidur sendiri, Yuri memanfaatkan waktunya dan menjelajahi rumah. “Pokoknya, semua ini untukmu. Aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. Sepertinya TaeNy telah merencanakan semua ini dengan baik.”

Jessica tertawa, “Kita harus berterima kasih kepada mereka.”

“Tentu, tapi aku tetap akan mencuri semua dukong-nya,” Yuri cemberut.

Jessica tertawa lagi.

“Bagaimana kalau kita makan sekarang?”

Jessica mengangguk. Ia tidak bisa mengungkapkan kegembiraannya. Ia tersenyum setiap kali tatapan mereka bertemu. “Mungkin semua ini layak ditunggu jika pada akhirnya aku bisa menemukanmu.”

Yuri tersenyum padanya. “Terima kasih.”

Keduanya mulai makan lagi, tiba-tiba Yuri teringat Jisoo. “Apakah menurutmu… err … apa yang harus kita katakan kepada Jisoo?”

“Jisoo…” gumamnya. Anak itu tahu kalau Donghae adalah ayahnya, tapi bagaimana dengan Yuri. “Aku … aku-tidak tahu.”

“Haruskah kita katakan padanya sekarang… atau… atau memberitahunya ketika dia sudah sedikit dewasa?”

“Bagiku, aku ingin dia mengenalmu sebagai ayahnya. Tapi aku tidak tahu bagaimana reaksinya nanti? Aku benar-benar tidak tahu.” Bagian ini tampaknya menjadi bagian yang rumit. “Tapi Jisoo, dia terlihat cukup dekat denganmu, kan?”

“Mungkin,” Yuri mengangkat bahu. “Ketika kau masih tertidur, kami sering main bersama dan mereka bilang dia akan menangis kalau aku tidak ada.”

“Kurasa dia menyukaimu,” kata Jessica. “Kau ingat saat dia mengambil boneka Mickey Mouse milikmu?”

Yuri tertawa dan menawarkan untuk menyuapinya. Jessica membuka mulutnya dan memakan makanan yang dia tawarkan.

“Mungkin karena kami berdua sangat menyukai Mickey.”

Jessica mengunyah makanannya dan mengangguk. “Tidak heran, kau ayahnya.”

“Dan di hari saat kau terbangun, hari itu aku pergi lebih awal, tapi Taeng meneleponku dan memberitahuku kalau Jisoo menangis. Aku hanya menyuruh Taeng untuk membawanya ke kamarku dan Jisoo terlihat menikmatinya. Dia benar-benar anakku.”

“Apa yang ada di kamarmu?”

“Kau lihat saja nanti,” Yuri menyeringai.

Mereka melanjutkan makan namun tiba-tiba angin dingin bertiup ke arah mereka, meniup beberapa lilin. Mereka tertawa dan terus berbicara tentang banyak hal. Tiba-tiba, Yuri berdiri dan meraih tangannya. Jessica menatapnya.

“Maukah kau berdansa denganku?”

Jessica tersenyum manis dan menggenggam tangannya. Keduanya mulai berdansa, tangan Yuri memeluk pinggang Jessica, sementara Jessica merangkulkan tangannya di leher Yuri. Suasananya begitu romantis sehingga bahkan mereka menari tanpa iringan musik apa pun, yang terpenting hanyalah mereka berdua. Mereka saling bertatapan dan keduanya dapat merasakan perasaan cinta satu sama lain tanpa harus mengucapkan kata-kata. Tanpa diduga, hujan mulai turun dan mereka berhenti. Yuri hendak menariknya kembali ke rumah ketika Jessica menghentikannya.

“Berdansa di bawah hujan akan terasa lebih romantis,” Jessica terkekeh dan kali ini ia yang memimpin dansa. Yuri mendengus dan memutuskan untuk melanjutkan dansa mereka bahkan saat mereka sudah basah kuyup. Tapi beberapa saat setelah itu, Jessica bersin dan Yuri bersikeras untuk kembali ke dalam rumah.

Begitu mereka masuk ke dalam rumah, Yuri menyalakan pemanas dan mencari handuk sementara Jessica menunggunya di depan pintu tidak ingin membuat rumah itu kotor. Yuri segera kembali padanya dan menutupi tubuh Jessica dengan handuk bahkan dirinya sendiri basah kuyup juga.

“Kau mandi saja dulu sementara aku akan menyiapkan cokelat panas untukmu.”

Jessica mengangguk, menggigil dan pergi ke kamar mereka. Yuri bersin berkali-kali saat ia menyiapkan minuman mereka. Setelah beberapa saat, Jessica muncul di depannya.

“Kau bisa mandi sekarang, aku akan melakukannya,” katanya dan mendorong Yuri ke kamar mereka.

Sambil menunggu Yuri, Jessica melihat sekeliling dan ia menemukan banyak buku dan film untuk ditonton. Ia langsung menyambar sebuah buku dan mulai memanjakan diri sambil menyeruput cokelat panasnya.

Yuri kembali dan melihat gadis itu sedang fokus dengan bukunya. Ia tersenyum dan berlari ke sampingnya.

“Hmmm… akhirnya, ada yang hangat.” Kata Yuri mengendus rambut Jessica sambil memeluknya. Jessica tersenyum dan menaruh bukunya, sebelum menghadap laki-laki itu.

“Aku mencintaimu.”

Jessica terkekeh, “Aku juga mencintaimu. Terima kasih juga untuk makan malamnya.”


*****

Keesokan paginya datang dan meskipun lelah setelah kegiatan panjang mereka tadi malam, Jessica tetap bangun lebih awal dari laki-laki tampan yang tertidur di sampingnya. Dengan senang hati ia menyiapkan makan siang mereka,.

Saat memasak telur dadar, sepasang tangan hangat melingkar di pinggangnya. Jessica tertawa begitu ia merasakan ciuman Yuri di lehernya.

“Hmmm… kukira kau mengeluh karena tidak bisa berjalan?” Gumamnya.

“Hish… dasar mesum, bisakah kau menenangkan dirimu sebentar?” Jessica tersenyum di hadapannya. Yuri hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat. “Ya! Apa yang kau kenakan?” Serunya dan berbalik, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Oh, ayolah, Sica!” Rengeknya.

Jangan bilang aku sudah pernah melihat itu pikirnya.

“Kau sudah melihatnya…”

“YAH!” Jessica memotong ucapannya, ia tahu Yuri akan mengatakan hal itu. “Pergi mandi dan pakailah… pakailah sesuatu yang sopan!”

“Apakah aku tidak sopan?”

“Jangan bertanya, Yuri, Ayo!” Katanya dan mencoba mendorong dia kembali ke kamar mereka.

“Baiklah. Bolehkah aku mendapatkan ciuman pagiku dulu?” Yuri memejamkan matanya dan cemberut.

Jessica mendengus dan berbalik padanya. Ia berjinjit dan memberikan kecupan singkat di pipinya.

Mata Yuri melebar, “Itu saja?”

Jessica menyilangkan tangan di dada, “Bisakah kau tidak terlalu menuntut?”

Yuri cemberut dan mendekat padanya. Melihat kelucuan tunangannya, Jessica tidak bisa menahan senyumnya dan tertawa dalam hati. Ia merangkul lehernya dan mencium bibirnya. Yuri langsung bereaksi dengan menariknya lebih dekat dan memeluknya lebih erat. Ia menjilat bibir bawah Jessica dan mulai mencicipi setiap bagian dari dirinya. Tak lama kemudian ia mendengar erangan yang membuat Yuri merasa terangsang dan ia mengangkat tubuh gadis itu ke atas kursi bar di dekat mereka.

Merasa bahwa masih terlalu pagi untuk melakukan itu, Jessica berusaha mendorongnya pergi.

“Omolet…” kiss… “Omelet…” kiss.

Menyadari kekhawatirannya, Yuri segera mematikan kompor dan dengan cepat kembali ke pekerjaannya.

“Kenapa…kau begitu…agresif…Yuri?” ia terengah-engah saat Yuri menciumi lehernya.

Yuri berhenti dan menatap matanya lekat-lekat. “Kau seperti obat yang membuatku ketagihan. Kau dirancang untuk memuaskan dan menghancurkanku, kau adalah kekuatanku, dan pada saat yang sama kelemahanku. Sepertinya aku akan menjadi gila jika aku kehilanganmu lagi bahkan hanya untuk satu detik.”

Jessica tersenyum mendengar kata-kata manisnya. Ia membelai pipinya dan berkata. “Aku mencintaimu…”

Melanjutkan apa yang mereka tinggalkan, Yuri segera mengangkat Jessica, membawanya kembali ke kamar mereka.

“Bagaimana dengan sarapannya?” Tanya Jessica begitu ia mulai membuka bajunya.

“Persetan, ini baru sarapan,” Yuri menyeringai.

Jessica mendengus dan menyerah.

~~~;~~~;~~~

TBC

awkwardddddd!!! jangan salahin gue kalo part terakhirnya errrrr -___-“

credit: zhel @SSF

boiboi

51 thoughts on “Unlike Him [Chapter 25]

  1. Haduhhhhhhhh…..yulsic emg bhya klo d biarin tinggal cm brdua doank….
    Jd yulsic udh tau klo smua rencana taeny….
    Tinggal jelasin k jisoo ni soal yulsic….
    Dasar yul byun bngttttttt……..
    Lanjut thor….

  2. Ini terlalu manis..Sampai”…Errrr.
    Pas giliran nc,nya bukan kerasa panas..Tapi mlh bikin gw ketawa ngakak karena gk diterjemahin..HAHAHAHA.
    Belum sanggup ya tarra?hihihihi

  3. Annyeong …..

    Seneng akhirnya d update unlike Him nya ,,ok emng harus brterima kasih untuk TaeNy,untuk yng luar biasa ni ,,,kkee
    Ak bner gak bisa koment buat YulSic ,,yng jelas Akhirnya mreka bisa menikmati Satu sama (?, kerinduan slama ini akhirnya tersalurkan …wkqk
    *apalah koment nya*
    Next chap apkah msh berlanjut ????kks
    Dtunggu ttep SEMANGAAAAAAAT!!!

  4. Thor lo hrus tnggung jawab….
    Gre” bc nich ff gue kena diabetes coy…kkk
    #justkiddingthor….
    Ntu bhse planet mna thor mpe gak bda nerjemahin kkkk
    Ok dtunggu next chap nya…

  5. yulsic hrus brtrimakasih nh m taeny
    smg j jisoo bs nrima yul sbg ayah kndungny n smg j next chap yulsic mkin mesra n g d lg hmbtan n gngguan lg

  6. full yulsic moment dan sepertnya jisoo akan bahagia karena yul memang ayah kandungnya dan memiliki banyak kesamaan dan penyakit tbc muncul disaat yg ga tepat
    lanjt lagi thor kira2 next part apakah endingnya dan mungkinkah NC muncul

  7. Kayanya lebih duluan ngasi adik buat jisso ketimbang nikah ntu yulsic klo si yul nya begini,,,hahhahh
    Tahan hormonmu seobang,,haahaah

  8. jiaaah si yul kelamaan tinggal bareng taeny jadi pasti dia harus kemesraan taeny. hahhaha kata yul mah “saatnya balas dendam untuk menghabiskan waktu bareng sica setiap detik”… aigoo~ yulpa tapi jangan setiap detik juga jadi byun. kekeke

  9. kwon yul jd bnr2 byun, ntuh akibt dektan trus sm taeny
    whooaaa yulsic kl di biarin brduaan trus bs cpt ksh adek tuh bwt jisoo hehehe
    kwon seobang mah gak prlu mkn apa2, cukup mkn sica aja udh psti kenyng bngt:-D:-D

  10. rencana taeny emang berjalan lancar, malahn sangat -sangat lancar..
    taeng oppa harus hati-hati ya, yul oppa berencana akan menculik semua doongkong oppa..
    aduh yul oppa byun deh, dasar..
    lanjut tarra..
    see you..

  11. Barokah udah dikasi kesempatan kedua masih dapet kesempatan 2x lagi makan malem sama sarapan hahaha
    Emng sih di aslinya agak aneh gitu emng bener ga usah diterjemahin yg bikin eeerrrrrnya hahaha

Leave a reply to coel Cancel reply