Beautiful Eyes [One Shot]

TaeNy one shot anyone?

enjoy~

~~~ ~~~~ ~~~

Beautiful Eyes

 

Genre: Comedy, fluff, romance, Gender-bender

Characters: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Status: Completed

Translator: Guitarra Spazzer

Author: mainehee09

Source: Soshified

Original linkBeautiful Eyes


Taeyeon’s POV

Hai, namaku Kim Taeyeon, 19 tahun, bersekolah di Universitas SSF, Jurusan Administrasi Bisnis. Kapten basket-alias-penyanyi-alias-pemain bola-alias-pemain tenis-alias-anak keren. Aku adalah laki-laki yang ada di mimpi setiap gadis. Aku punya tampang, keahlian, bakat, otak, uang. Kau sebutkan saja, aku mempunyainya. Meskipun aku berasal dari keluarga kelas atas, aku tidak ingin sombong. Pada dasarnya, itu adalah perkenalanku, oh…aku hampir lupa, aku tergila-gila pada sahabatku – Tiffany Hwang.

Kira-kira tiga hal yang membuatku benar-benar positif. Pertama, dia memiliki mata yang paling indah di sepanjang sejarah gadis-gadis yang penah aku temui. Kedua, dia sangat ceroboh tapi aku merasa kecerobohannya itu sangat lucu. Ketiga, aku sangat jatuh cinta padanya. Kedengarannya seperti “Twilight” bukan? Tapi percayalah ketika aku mengatakan ini, aku BUKAN penggemar Twilight, sungguh, meskipun kurasa Isabella Swan itu seksi tapi Tiffany-ku jauh lebih baik darinya, aku BUKAN penggemar Twilight.

Ngomong-ngomong, apa kalian tahu kalau aku pernah mencoba menyatakan perasaanku padanya sebanyak dua kali? Dan dalam dua kali percobaan itu aku juga gagal DUA KALI.

Percobaanku yang pertama adalah ketika kami berada di kampus.

FLASHBACK

Kami berdua berjalan di sekitar sekolah karena kelas kami berikutnya masih satu setengah jam lagi. Kami selalu melakukan ini ketika kami memiliki waktu luang. Aku tidak tahu mengapa jadi jangan bertanya mengapa. Kegiatan itu hanyalah kebiasaan, dan aku sungguh menyukai perasaan saat kami hanya berdua saja. Ketika itulah aku memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh.

“Fany-ah.” Kataku sambil berusaha menyembunyikan kegugupan dalam nada suaraku.

“Hm?” katanya, menunjukkan eye smile-nya. Itu sungguh tidak membantu karena membuatku bahkan semakin gugup.

“Bagaimana jika aku mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan persahabatan kita?”

“Apa itu?”

Inilah saatnya. Pikirku.

“Fany-ah aku-”

“Tiffany!”

Aku mendengar seseorang memanggilnya dari belakangku. Aku bersumpah ketika aku melihat siapa orang yang berani memotong pengakuanku, aku akan membuat mereka menyesal.

“Tidak bisakah kau lihat kalau- oh! Jessica!” aku tersentak ketika berbalik dan mendapati kalau orang itu adalah Jessica. Jessica Jung. Sahabat Tiffany yang lain. Meskipun kami mempunyai teman yang sama dan kami selalu berkesempatan untuk jalan-jalan bersama, tampaknya aku tidak bisa nyaman berada di sekitar gadis ini.

Meskipun orang lain mungkin mengira kalau kami dekat, mereka tidak tahu kalau jauh di dalam lubuk hatiku, aku selalu menjaga ucapanku agar dia tidak tersinggung, dan aku tidak mau melihat dia tersinggung dan aku tidak berani menyinggungnya karena aku tidak mau menerima tatapan dingin darinya. Hal ini membuatku bertanya-tanya bagaimana mungkin Tiffany bisa berteman dengan gadis ini. Dia bisa mengirimkan tatapan dingin itu pada para fangirl-ku yang cemburu dan ingin mencekik Tiffany karena kedekatan kami.

Aku juga yakin kalau dia tidak memanfaatkan Tiffany untuk bisa dekat denganku karena mereka sudah bersahabat bahkan sebelum aku datang ke dalam kehidupan Tiffany. Aku bahkan tidak berpikir dia tertaraik padaku. Bagaimana mungkin dia bisa tahan dengan pesonaku? Mungkin dia sudah mempunyai seseorang? Siapa tahu? Tapi jika itu benar, aku kasihan pada laki-laki itu. Tunggu, seharusnya aku tidak mengatakan itu, aku bahkan belum berhasil menyatakan cintaku.

“Hei Taeyeon,” sapanya sebelum memeluk Tiffany.

“Hei.” Hanya itu yang bisa aku katakan.

“Fany-ah! Apa kau ada waktu luang sepulang sekolah nanti? Ayo kita jalan-jalan! Aku akan mengajak Yuri.”

“Yuri? Pacarmu? Tidak terima kasih, kurasa aku hanya akan merasa terkucilkan.”

“Yah, kenapa tidak mengajak Taeyeon.” Katanya, kedua pandangan mereka sekarang tertuju padaku.

“Tae, kau mau ikut dengan kami?”

“Tentu, aku tidak ada acara nanti jadi aku tidak keberatan.” Kataku berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan kekecewaan dalam diriku karena tidak berhasil menyatakan perasaanku.

“Ngomong-ngomong, Tae. Kau mau bilang apa tadi?”

Oh sial, kukira dia sudah melupakan hal itu. Sebelum Jessica muncul, aku sungguh merasa yakin untuk menyatakan perasaanku, tapi setelah semua itu keyakinanku luntur.

Harus bilang apa…harus bilang apa…pikirkan Taeyeon…pikirkan. Pikirku dalam hati.

“Aku…aku…aku tidak suka sepatumu.” Aku berhasil mengatakannya. Sepatu itu adalah hal pertama yang kulihat, tapi tentu saja itu hanya alasan, sepatunya baik-baik saja.

“Sepatuku?” tanyanya.

“Ya, sepatumu…sepatumu tidak cocok dengan apa yang kau kenakan.” Aku berbohong lagi.

“Sungguh?”

“Pokoknya kita harus pergi nanti!” Jessica menyela. “Sampai nanti.” Katanya sambil melambaikan tangan.

END FLASHBACK

Dan seperti itulah kesempatan pertamaku dalam menyatakan perasaan.

Selanjutnya, kau tahu bagaimana penggambaran adegan romantis dalam film-film? Adegan ketika hujan dan para pemainnya hanya berbagi satu payung? Yah, dengan bangga aku mengatakan kalau aku pernah melakukan adegan itu juga, tapi tidak seperti di film-fim, aku tidak mendapatkan akhir yang kuinginkan.

FLASHBACK

Peramal cuaca memperkirakan akan datangnya hujan badai. Aku sengaja meninggalkan payungku dan memberitahu sopirku kalau dia tidak perlu menjemputku hari ini dan aku melakukan itu semua karena satu alasan – untuk bisa pulang bersama Tiffany dengan hanya berbagi satu payung. Itu mungkin bisa terjadi karena arah ke rumah kami sama dan aku tahu kalau dia cukup baik untuk berbagi payung denganku.

“Tae, kau mau diam di sini?” tanyanya sambil membuka payungnya.

“Ya, aku akan diam di sini sampai hujannya berhenti. Ahjussi tidak bisa menjemputku hari ini karena sakit, aku juga lupa membawa payungku.” Aku memastikan kalau aku terlihat menyedihkan saat mengatakan itu.

“Kalau begitu ayo kita pulang bersama, payungku cukup untuk dua orang.”

“Tapi nanti kau-”

“Tidak ada tapi-tapian.” Dia memotong ucapanku. “Ayo kita pergi.” Dia meraih tanganku dan mulai berjalan.

Aku bersumpah aku berusaha mengendalikan diriku agar tidak berteriak dan melompat kegirangan ketika dia melakukan itu.

Kami sedang berjalan di trotoar ketika aku memutuskan untuk mengambil payung dari tangannya.

“Biar aku yang bawa.” Kataku, mengambil gagang payung dan memegangnya dengan tangan kananku sambil merangkul bahunya.

 “Yah, apa yang kau lakukan?”

“Lebih baik berdekatan biar kita tidak basah.” Tentu saja aku punya maksud tersembunyi ketika aku mengatakan itu. Aku ingin melakukan kontak fisik dengannya, dengan memeluknya dari samping. Dia tidak mengeluh dan kembali berjalan.

Lagi-lagi, hanya ada kami berdua, berjalan dan berbagi satu payung. Aku sudah merenung sebelum memutuskan untuk menyatakan perasaanku. Kali ini, tidak akan ada Jessica yang mengganggu kami dan di samping iu, suasananya lebih romantis, seperti di film-film.

Aku menoleh untuk menghadapnya dan melemparkan payung, kami berdua basah kuyup di bawah guyuran hujan, dan sebelum aku dapat membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, dia bilang, “Yah, Tae! Sekarang bukan saatnya untuk bermain-main! Aku tidak mau sakit!” dan kemudian dia lari, berusaha mencari tempat berteduh, meninggalkanku berdiri di trotoar, menatap tempat di mana dia berdiri sebelum pergi, terlihat seperti anak ayam yang tersesat di tengah hujan.

END FLASHBACK

Dan seperti itulah kesempatan keduaku dalam menyatakan cinta.

Hari ini, ini akan menjadi yang ketiga kalinya aku mencoba menyatakan cintaku. Jika kali ini aku gagal lagi, mungkin kami memang tidak ditakdirkan bersama. Aku membeli dua tiket untuk pergi ke taman tema yang baru saja dibuka dan aku mengajak dia. Dan di sanalah aku akhirnya akan bisa memberitahukan perasaanku. Setelah hari ini, dia akan menjadi pacarku, bukan sahabatku.

 “Sudah siap?” tanyaku begitu dia duduk di kursi penumpang.

“Yup!” serunya. Kegembiraan bisa didengar jelas dari nada suaranya.

“Kita berangkat!” kataku dan menyalakan mesin mobil.

Kami tiba di pelataran parkir setelah melakukan perjalanan selama 3 jam. Aku mengambil dompetku untuk mencari sesuatu, ketika aku menyadari itu tidak ada di sana, aku mencari di dasbor mobil – tidak ada, aku mengobrak-abrik seisi mobil, tapi tetap saja tidak ada.

Dari sekian banyak hal yang kulupakan, kenapa harus tiketnya? Pikirku.

Tiffany sepertinya menyadari kegelisahanku ketika dia berbicara padaku.

“Jangan bilang kau tidak membawa tiketnya?”

Sial! Apa aku terlihat sejelas itu?

Aku mengeluarkan tawa gugup. “Maaf?” hanya itu yang bisa kukatakan.

Aku bisa melihat kekecewaan di matanya tapi dia masih bisa memberiku eye smile yang mematikan itu.

“Tidak apa-apa, kalau kita pulang untuk mengambil tiketnya itu hanya akan membuang-buang waktu, kita pergi ke tempat lain saja.”

“Ke mana?”

“Kau menyetir saja, aku akan memberitahu arahnya.”

“Oke.”

Aku melakukan apa yang disuruhnya dan ketika kami tiba di tempat tujuan kami, mulutku melongo. Aku tidak tahu tempat ini. Kami berada di sebuah bukit di mana kita bisa melihat seluruh isi kota.

“Ayo.” Katanya.

NO ONE’S POV

PLAY: BEAUTIFUL EYES BY TAYLOR SWIFT
FOR A BETTER READING EXPERIENCE

Dua sosok terlihat sedang berbaring berdampingan di atas rumput hijau di bawah rindangnya pohon. Si laki-laki terlihat meletakkan kedua tangan di bawah kepalanya sebagai bantal sementara si perempuan meletakkan satu tangan di bawah kepala dan tangannya yang lain diletakkan di atas perutnya, keduanya tengah menikmati embusan angin dingin di atas bukit. Ini adalah waktu dan tempat yang tepat bagi Kim Taeyeon. Sangat sempurna untuk membiarkan seseorang yang dicintainya mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Inilah saatnya. Sekarang atau tidak sama sekali.

Dia mengumpulkan keberaniannya dan menarik napas dalam-dalam.

“Fany-ah.” Katanya dengan mata terpejam.

“Hm?”

“Apa kau tahu bagaimana rasanya ketika kau jatuh cinta?”

“Kenapa kau bertanya?” katanya dengan tenang, matanya tertutup.

“Yah, bagiku, rasanya seperti aku melayang-layang di udara, seolah-olah apa pun di sekitarku tidak lagi penting selama aku bersamanya. Aku merasa sedih ketika dia bersedih, bahagia ketika dia bahagia, dan akan sangat menyakitkan melihat dia menangis, dan yang terpenting, saat aku melihat matanya, aku tahu kalau dia adalah jodohku.” Katanya, merasa bahagia karena secara tidak langsung dia menyuarakan perasaannya.

“Yah, kau terdengar seperti kau sudah jatuh cinta.” Kata Tiffany diikuti dengan tawa kecil.

“Memang. Aku sedang jatuh cinta, sebenarnya aku baru saja menyatakan perasaanku.”

Di luarnya, Taeyeon mungkin terlihat tenang namun jauh di dalam dirinya dia sungguh gugup.

“Benarkah? Sejak kapan? Pada siapa?”

Astaga, kenapa kau begitu lambat? Pikir Taeyeon.

Dia bergeser dari posisinya dan menoleh ke sampingnya dengan tangan yang menumpu kepalanya, ia lalu berbisik ke telinga Tiffany, “Baru saja.”

Tiffany merasakan sensasi menggelitik di telinganya dan secara otomatis menolehkan kepalanya ke samping hanya untuk menemukan Taeyeon yang menatap penuh cinta padanya, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti ketika dia membuka matanya.

“Aku mencintaimu.” Taeyeon berhasil mengatakannya dengan tulus, menatap mata Tiffany lekat-lekat. Dia tidak menahannya.

Tiffany tidak pernah mengira hal ini akan terjadi, ia tidak pernah mengira dia menyembunyikan perasaan yang sama seperti dirinya, dan ia bersumpah ia tidak pernah menduga peristiwa yang akan datang.

Taeyeon yang masih tenggalam di dalam mata Tiffany secara tidak sadar menutup celah di antara mereka, dan kemudian bibir mereka bertemu. Ciuman lembut yang penuh cinta. Tidak butuh waktu lama untuk akhirnya Tiffany membalas ciumannya karena dia sangat mengharapkannya. Mereka terus berciuman selama hanya-tuhan-yang-tahu sampai mereka memutuskan mengakhirinya.

“Aku menantikan itu,” kata Tiffany.

“Apa? Pengakuanku? Atau ciumannya?” goda Taeyeon.

“Uh…keduanya?”

Taeyeon merasa seolah-olah jatungnya akan meledak. Mencintai seseorang memang sebuah perasaan yang baik, bersama seseorang yang kau cintai rasanya lebih baik, tapi tentu saja mengetahui kalau dia balas mencintaimu itulah yang terbaik.

Keduanya masih tenggelam di dalam dunia mereka masing-masing hingga Tiffany memutuskan untuk berbicara.

“Uh…kurasa aku belum menjawab pernyataanmu.”

“Benarkah? Kukira kau sudah menjawabnya.” Kata Taeyeon, mengacu pada ciuman tadi.

“Aku juga mencintaimu.” Katanya, mengabaikan godaan laki-laki itu.

Taeyeon tidak mengatakan apa-apa lagi tapi ia dengan bahagia menutup celah di antara mereka lagi.

Terkadang, dibutuhkan sedikit keberanian untuk dapat menunjukkan perasaan kita yang sebenarnya pada orang yang kita cintai. Lebih baik mengambil resiko daripada hidup dengan penuh penyesalan karena tidak mencoba sama sekali.

THE END

sweet eh? 😀

credit: mainehee09 @SSF

boiboi~

50 thoughts on “Beautiful Eyes [One Shot]

  1. i’m first?????????!#tengokkanankiri
    kyaaaaaaaaa……….taenyqu sweet bgt sich!!!!
    gw sk kalimat akhirx “lebih baik menggambil resiko daripada hidup penuh penyesalan karena tidak mencoba sama sekali” !!!!

  2. Hi thor saya reader baru,yeee taeny akhir yg bahagia,kirain bakal ditolak taeyeonnya,ff selanjutnya ditunggu ya thor

  3. haloo thor ahaha
    seblm gw coment soal ffnya gw mau nanya sikit ahaha klo gw nggak salah ingt wp ini pernah ngisi ff yg bukan ff translate ya? klo gw nggak salah ingat sih pernah bc bkn ff translate disink ahahah soalnya berasa familiar sm nih wepe wkwkwkw tp sprtnya gw salah ahahah

    oke wktnya coment ffnya, gw sih bkn taenh ship tp baca nih ff gw senyam senyum masa ahahah senyam senyum bayangin wajah ganteng nan imutnya taeyeon ahahah
    senyam senyum juga krn udh tau pst fang suka juga sm taeng ahahah
    yg bagian taeng ngomong kasian sm pcrnya sica juga xD kau benar taeng, yuri itu kasian dab super sabaaarrr ahahahahah
    oke segitu aja coment gw ahaha cukup sekian dan kaboooorrr

  4. ihiyyy.. taeny emang gbs dipisahin ya.. apalgi yulsic dmn2 mesti nongol.. haha..
    knp fany tambah lama tambah lemot sih.. haha.. kyk kurang vitamin dr taeng aja.. wakakaka

  5. aww
    taee co cweet.. wkwk
    walau sering di hadang oleh badai . ciee illahh.
    tpi akhirnya berhasil jga menyatakan cintanya

  6. daebak .. gw salut ma lu bang tae , lu brani nyatain cnta k pany . bner kta author , lbh baik mcba drpd ga sma skali jtuhnya nyesel ajah ! eah mskpun ga bnyak org bs kya taetae . kbnyakan nembak lwt sms ato via chat ,mgkn biar pas d tolak kagak ktauan si cwe kalo lg NANGIS kwkwkwkwkw

  7. Annyeong
    Hahahahaha taeny oh taeny,,,
    mntap dech taeng ngak bsa nlak fany sm psona nya wlwpun ttp lola nya ngak hlng yang ad mkin brtmbah kdar nya,,,
    2x gagal yg 3 taeng brhsil jga,,,pkknya sweeetttttttaeny,,,,
    Haahahaha
    Ok siip
    Ttap smngatttttt
    Gomaomao

  8. Bnr’n deh suka kesel klo cwo yg udh deket/pdkt sama kita lama tp ga ngungkapin cinta jg.. rasa ny tu aaarrrhh.. akhir ny Tae bisa jg ngungkapin perasan ny… lanjut y thor crta2 yg laen ny.. yg pling w tggu c YPTB ..ap y w lupa.. yg kerajan itu lho

  9. Emang susah kalo ngga punya modal nekat buat nyatain cinta k orang..
    Mesti berani ngungkapin sesuatu kalo mikir hasil mah belakangan aja..
    Yg penting usaha.. Usaha yg keras hasil juga bagus..kekekkk

  10. Annyeong
    Today is taeny day
    Baca cerita yg sweet banget dah
    Thanks author
    Ditunggu cerita yg lebih manis lagi ya
    Hehehehe

  11. Kasian Taeng udah 2 kali nyatain cinta sama Ppany tapi gagal mulu, tpi yg ke 3 wlwpun rncana mau nembak dmna nya gagal, tapi sukses jga..
    “lebih baik mengambil resiko daripada hidup penuh dengan penyesalan karena tidak mencoba sama sekali”

  12. annyeong…
    Wah dmi apa ni ff sweet bnget, n demi apa gue bru comment skrang.hahaha…telat bnget.

Leave a reply to Taengo Cancel reply