30 September 2020 [Chapter 2]

Karena respon kalian di Chapter 1 kemarin sangat ruarrrr biasyaaah!! gue update lagi nih haha padahal harusnya hari Sabtu.

enjoy~

~~~ ~~~~ ~~~

CHAPTER 2: REMINISCING

 

(t/n: Yuri ngobrol pake english XD)

…

Yuri memandangi mobil-mobil yang berlalu lalang. Pemandangan dari sinilah yang sangat ia kagumi. Ia tidak sengaja menemukan tempat ini di hari ketiganya tiba di LA. Dengan modal bahasa inggris yang pas-pasan, ia mengasingkan dirinya dari orang-orang. Ini adalah tempat yang selalu dikunjunginya ketika ia sedang ada masalah. Tempat ini berada tak jauh dari apartemennya. Tidak ada yang mengetahui bukit ini sehingga ia menganggap tempat ini sebagai rumah keduanya di LA.

Yuri menutup ritsleting jaketnya dan menghela napas. Sudah berapa tahun berlalu sejak terakhir kali ia bertemu Jessica? Ia berusaha keras untuk menghindari orang-orang yang dikenalnya atau mengenalnya. Ia telah memantapkan hatinya untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan pindah ke LA untuk memulai sesuatu yang baru. Selama perjalanan itu, Yuri bertemu dengan Alice dan teman-temannya yang tak lama kemudian menjadi teman-temannya sendiri. Ia meninggalkan ‘dunia’ itu karena hatinya tak bisa lagi menahan rasa sakit.

FLASHBACK

Kim Young Min menaruh surat kontrak di depannya. Di samping pria itu adalah pengacara perusahaan dan pengacaranya sendiri.

“Aku yakin pengacaramu sudah menjelaskan isi dari kontrak perorangan untuk 2 tahun ini, benar?”

“Ya, dia sudah menjelaskannya.”

Kim Young Min tersenyum dan memerhatikan Yuri yang mengambil bolpoin. Sebagian member yang lain sudah menandatangani kontrak solo selama 2 tahun tersebut. Kim Young Min berencana untuk mengumumkam pembubaran SNSD setelah dia mengamankan 8 tanda tangan member lainnya.

‘Bagaimana dengan mimpimi, Yuri?’

Yuri mengangkat kepalanya dan melihat pengacaranya mengangguk padanya; memberitahunya bahwa tidak apa-apa menandatangani surat kontrak tersebut. Benaknya kerap mengulang-mengulang apa yang dikatakan Jessica padanya 3 tahun lalu. Bagaimana dengan mimpinya? Apakah ini yang dia ingingkan? Perlahan, ia menaruh bolpoin itu dan berdiri dari tempat duduknya. Dengan sopan ia membungkuk kepada Kim Young Min dan yang lainnya.

“Maaf. Saya tidak akan memperpanjang kontrak.”

Pernyataan itu mengejutkan semua orang. Yuri selalu menjadi member yang paling mudah dibujuk sehingga mereka memutuskan untuk membujuknya belakangan. Yuri kembali membungkuk.

“Saya akan pergi dalam beberapa hari lagi.”

“Apa? Tidak Yuri. Kami tidak bisa menjual nama OT8 tanpamu. Solo karier member yang lain tidak akan berjalan lancar kalau kau menolak!”

“Sebelumnya kau menjual OT9 dan membiarkan Jessica pergi.”

“Kita semua sudah sepakat dengan masalah itu. Sudah 3 tahun, Yuri. Dia pergi.”

Yuri tidak menjawab dan berbalik. Namun Kim Young Min tidak akan melepaskannya. Dia lalu melanjutkan ucapannya.

“Dia mengabaikan perkerjaannya! Dia sudah sepakat untuk pergi dan mengejar mimpinya! Kau dan 7 member lainnya sudah memilih dia untuk keluar!”

Yuri berbalik dan Kim Young Min melihat mata gadis itu berkaca-kaca.

“Kami memilih dia pergi demi kebaikan dirinya sendiri! Kami memilih dia pergi karena kami tidak ingin menyakitinya lagi! Kami memutuskan untuk membiarkan dia pergi karena kami tidak tahan melihat Anda menghancurkan mimpinya! Kami melakukan hal itu karena kami mencintai dia! Jangan pernah bilang apa yang kami lakukan itu salah! Kami melakukan hal yang benar! Karena jika dia tetap di sini, Anda dan para pemegang saham yang tidak waras itu akan menghancurkan mimpinya!”

Ruangan itu menjadi hening. Mereka semua terkejut melihat ledakan kekesalan Yuri. Yuri mengepalkan tangannya.

“Saya pergi demi kebaikan. Semoga beruntung, Tuan Kim.”

END OF FLASHBACK

Air matanya jatuh menuruni pipi. Peristiwa yang terjadi 2 tahun lalu masih teringat jelas dalam benaknya. Hari ketika ia keluar dari SM Entertainment dan pergi demi kebaikan. Ia tidak memberitahukan alasan kepergiannya kepada 7 member yang lain dan mereka tidak menyelidikinya lebih jauh.

“Kau tidak seharusnya kembali, Sica. Kau tidak seharusnya kembali.”

Yuri menyeka air mata dengan lengan bajunya. Sudah berapa kali ia menangis seperti ini? Ia sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Setiap kali pikirannya kembali mengingat masa lalunya sebagai member SNSD, air matanya tak dapat lagi dibendung.

“Aku tahu kau ada di sini.”

Yuri menyeka air matanya yang tersisa dan menoleh ke belakang. Shane berdiri di sana dengan senyum miringnya.

“Ya.”

Shane berjalan menghampirinya dan bersandar pada pagar di samping Yuri.

“Kau tahu, terakhir kali aku melihatmu menangis adalah ketika kau tidak mengerti apa yang dikatakan si penjual hot dog.”

“Waktu itu aku masih baru di kota ini. Berkat kau, aku dapat hot dog gratis.”

“Ya dan kau masih berhutang good sex sebagai pelunasannya.”

Yuri menoleh ke samping kanannya dan melihat Shane tersenyum lebar. Ia ikut tersenyum.

“Alice benar. Kau berubah menjadi penggila seks.”

“Aku hidup untuk dua hal; beer dan seks.”

Yuri terkekeh dan kembali melihat pemandangan di depannya. Ia menghela napas. Shane merangkul bahu Yuri.

“Kita berdua sama, Yul.”

“Kau sungguh pengaruh buruk.”

“Aku tidak bisa menahannya. Gadis-gadis menyerahkan diri mereka begitu saja padaku. Aku terlalu seksi bagi mereka.”

Yuri mendorong lengan Shane dan berbalik dengan bersandar pada pagar juga.

“Jadi, kau mau menceritakan apa yang terjadi?”

“Tidak ada apa-apa.”

Shane menatap Yuri dan meragukannya. Ia menyikut pinggang Yuri.

“Pada kenyataannya kau meninggalkan Club9 setelah menemui perancang busana seksi itu dan dia pergi dari Club9 dalam keadaan hampir menangis. Omong kosong apa itu?”

“Kau tahu dia?” tanya Yuri.

“Jessica Jung, CEO dan pendiri BLANC & ECLARE? Apa kau sungguh menanyaiku hal itu?”

Yuri menghindari tatapannya dan melihat ke tempat lain. Shane memutar bola matanya.

“Aku tidak akan bertanya lagi tapi apa pun itu, sadarlah Yul. Kau terlihat kacau sekarang dan jangan bilang gadis itu tidak ada hubungannya dengan hal ini.”

“Aku tahu.”

Shane menepuk punggungnya.

“Seharusnya kau senang aku yang datang. Kalau Alice, dia akan melakukan apa saja untuk membuatmu bicara.”

“Terima kasih Shane.”

“Sama-sama. Aku si player yang tidak ada apa-apanya, ‘kan?”

Yuri hanya tertawa dan membiarkan Shane mengacak-acak rambut puncak kepalanya.

“Sungguh Shane, terima kasih.”

“Lalu apa gunanya mempunyaiku sebagai temanmu? Ditambah lagi kita adalah si kembar penggoda. Ayo kita pergi, teman-teman yang lain masih mengkhawatirkanmu.”

“Bisakah kau pergi duluan? Aku masih ingin tinggal di sini sebentar.”

Shane mengangkat bahu.

“Oke. Terserah kau saja. Aku akan membiarkanmu berurusan dengan Al nanti.”

Shane pergi dengan mobil mustangnya. Yuri melihat Shane berbelok di sudut jalan dan menghilang dari pandangannya.

“Persahabatan yang tak terpisahkan huh?”

~~~;~~~;~~~

Jessica memasuki kamar hotelnya dan menutup pintu di belakangnya. Ia menyandarkan dahinya pada pintu kayu itu.

“Yuri.”

FLASHBACK

Jessica berusaha menahan air mata yang mengancam keluar. Membaca SMS yang ia terima dari Yuri 2 hari setelah SM mengumumkan pemecatannya dari SNSD, ia tidak bisa menutupi rasa bersalahnya. Mengapa Yuri menunggu selama itu untuk memberitahukan kebenarannya? Ia telah mengeluarkan semua pernyataannya dan belum lagi status di akun weibonya.

Sica, maafkan aku. Kami tidak bisa membiarkan mereka menyakitimu atau menghancurkan mimpimu lagi. Kami tidak ingin fans membencimu karena kau pergi. Tidak apa-apa jika mereka membenci kami karena memaksamu keluar karena kami masih memiliki satu sama lain tapi kau akan sendirian. Pergilah dan gapai mimpimu. Kami akan menunggumu.

Jessica sudah membalas SMS itu namun Yuri belum membalasnya lagi. Ia mencoba menelepon Yuri namun ponselnya mati. Ia menelepon member yang lain namun hasilnya sama saja. Ia tahu mereka belum pulang dari China. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menunggu mereka pulang.

END OF FLASHBACK

“Kau bilang kau akan menunggu. Tapi ternyata tidak.”

Jessica membiarkan air mata yang ditahannya sejak tadi jatuh menuruni pipi. Rasa sakit itu tak tertahankan. Melihat Yuri menghindarinya seperti itu membuat hatinya terasa sakit. Di mana janjinya yang dulu?

Ponselnya berdering dan Jessica melihat ke layarnya.

Tyler Kwon.

Ia menenangkan dirinya dan menjawab panggilan itu. Berpindah dari pintu dan duduk di tempat tidur.

“Sayang, kau di sana?”

“Hei.”

“Kau terdengar beda, Jess. Kau baik-baik saja?”

Jessica berbaring di tempat tidurnya.

“Ya, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah.”

“Sudah kubilang tunggu aku. Tapi kau malah pergi ke LA sendirian.”

“Aku baik-baik saja. Di sini sudah larut malam itulah kenapa aku lelah.”

“Maaf kalau aku mengganggu. Aku akan meneleponmu nanti, oke?”

“Oke. Bye.”

“Bye Jess.”

Begitu panggilan berakhir, Jessica melemparkan iPhone-nya. Pikiran, badan, dan jiwanya terasa sangat lelah. Ia telah mewujudkan mimpinya namun entah mengapa hatinya terasa hampa. Ia merindukan sahabatnya. Ia merindukan teman-teman yang sudah ia anggap seperti keluarga.

“Aku merindukanmu.”

Jessica kembali menangis dan akhirnya tertidur dengan hati yang terus merindukan seseorang yang ia tahu tidak bisa dimiliki kembali.

~~~;~~~;~~~

“Terima kasih atas kerja keras kalian.”

Taeyeon membungkuk kepada setiap staff yang terlibat dalam Tour terakhirnya di Amerika. Konser Tournya sukses digelar dan konser finalnya diadakan di LA. Hari ini adalah konser finalnya itu.

“Senang bekerja dengan Anda Nona Kim. Semoga kita bisa melakukan lebih banyak proyek bersama.”

“Saya juga. Sampai nanti.”

Taeyeon berpamitan kepada mereka semua dan memasuki ruang make-up. Ia menutup pintu di belakangnya dan menguncinya. Dengan punggung bersandar ke pintu, Taeyeon memejamkan matanya. Ponselnya berdering dan ia membuka matanya. Ia segera menghampiri tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Ia tersenyum.

“Fany?”

“Selamat TaeTae!”

Taeyeon tidak bisa menahan tawanya mendengar suara nyaring Tiffany.

“Terima kasih. Konsernya melelahkan.”

“Tapi kau masih bisa menanganinya dan tiket konsermu terjual habis!”

“Tapi kau tidak ada di sini.”

Hening sejenak. Taeyeon tahu ia sudah menyentuh topik sensitif.

“Maaf aku tidak datang.”

Taeyeon hanya tersenyum sedih.

“Tidak apa-apa. Lagipula kau sedang sibuk. Bagaimana kabar Joohyun?”

“Sejak kemarin dia sakit tapi sekarang sudah mendingan.”

“Bilang padanya semoga lekas sembuh, oke? Fany?”

“Ya?”

“Ulang tahun Yuri tinggal dua hari lagi.”

Kembali hening. Selalu seperti ini, sejak kepergian Yuri.

“Kita tidak bisa merayakan ulang tahunnya lagi.”

“TaeTae…”

“Aku merasa semua ini salahku.”

“Taeyeon, tidak ada yang menyalahkanmu. Dia membuat pilihan.”

“Aku menyuruhnya pergi.”

“Tidak. Tidak ada yang menyuruh Yuri atau Jessi pergi. Mereka membuat pilihan. Tidak ada yang bisa kita lakukan.”

“Aku merindukan kkabYul kita.”

Taeyeon menahan air matanya. Kapan ia bisa bertemu Yuri lagi?

“Aku membiarkannya begitu saja Fany. Seandainya aku tahu ini akan terjadi…aku…”

Taeyeon tidak bisa menahannya. Ia sungguh tidak bisa menahannya lagi. Ia sangat merindukan mereka.

“Tae, mereka akan baik-baik saja. Jessi sudah mewujudkan mimpinya seperti yang dia mau. Aku tahu Yuri akan baik-baik saja. Dia harus baik-baik saja,”

“A-aku telepon lagi…nanti. Fany?”

Taeyeon tidak menunggu jawaban Tiffany. Ia mengakhiri panggilan dan merosot ke lantai, menangis habis-habisan. Ia menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Ia menyalahkan dirinya karena tidak menyadari semua itu lebih awal. Ia membenci hal itu.

~~~;~~~;~~~

Yuri mengelap meja dan melihat Max masuk. Ia menyapa gadis itu.

“Hei Max.”

“Hei Yul. Kau mau memasang speaker ini di mana?”

Yuri menaruh lap kotor itu dan menghampiri Max.

“Aku tidak tahu. Aku hanya ingin setiap sudutnya terdengar lebih nyaring. Kau yang memutuskan.”

“Sungguh?”

“Ya, aku percaya padamu.”

“Oke.”

“Selesaikan sebelum jam buka, oke?”

“Tentu. Selama kau membayarku.”

Yuri menepuk punggungnya dan tersenyum. Max mengambil kotak peralatannya dan memulai pekerjaannya. Satu orang lainnya datang dan Yuri memutar bola matanya.

“Jangan memandangku seperti itu Yul. Ceritakan, apa hubunganmu dengan Jessica?”

“Sekarang tidak ada ucapan selamat malam lagi, Al?”

“Pagi. Sekarang ceritakan.”

Yuri mengabaikan gadis bertubuh mungil itu dan pergi ke meja kasir. Ia mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya dan menaruhnya di dalam mesin kasir.

“Hei, aku sedang berbicara padamu kecuali kalau kau ingin berhadapan dengan kemarahan sang Alice?”

Yuri menghela napas dan berjalan menjauh dari Alice namun temannya semakin putus asa dengan informasi baru itu. Ia menarik Yuri duduk di sampingnya dan menunggunya.

“Baiklah. Apa yang ingin kau ketahui?”

“Apa kau bermain-main denganku, Yul? Apa yang terjadi di antara kau dan perancang busana itu?”

“Tidak ada.”

Alice menatapnya dan memelototinya.

“Aku bukan anak kecil.”

“Kau terlihat seperti anak kecil, Al.”

“Jangan memberiku alasan seperti itu.”

“Kau tidak ada kerjaan lain, Al?”

“Aku pemilik situs The Chart yang baru. Orang-orang membutuhkan berita selebriti dan kemungkinan adanya hubungan di antara kau dan Jessica adalah yang kita sebut gosip.”

Yuri mendorong Alice dan berdiri namun Alice kembali manariknya duduk.

“Sudah kubilang hapus namaku dari situsmu itu.”

“Yul, aku hanya menulis inisial namamu. KY. Jika orang lain melihat nama Jessica ada hubungannya denganmu, kita bisa mendapatkan lebih banyak gosip.”

Pernyataan itu membuat Yuri geram. Ia meraih lengan Alice dan menariknya lebih dekat. Dengan tatapan tajam, Yuri berbicara.

“JANGAN MENGHUBUNGKAN NAMANYA DENGAN NAMAKU. JIKA AKU MELIHATNYA. KAU AKAN BERHARAP UNTUK TIDAK DILAHIRKAN. PAHAM?”

Ia melepaskan genggamannya dan meninggalkan Alice yang kesakitan. Alice berbalik dan melihat ke arah Max.

“Ada apa dengannya?”

“Kau sudah melewati batas.”

“Batas apa? Aku hanya ingin membumbui The Chart.”

Max geleng-geleng kepala dan meneruskan pekerjaannya. Terkadang ia tidak pernah bisa memahami Alice.

~~~;~~~;~~~

Yuri tidak bisa tidur. Ia kerap melihat wajah Jessica dalam benaknya. Untungnya Jessica tidak datang kemarin dan ia merasa senang akan hal itu namun mengapa ia tidak bisa tidur? Ia menghela napas. Ia melihat jam bekernya; 7.00 pagi. Ia kembali menghela napas. Yuri turun dari tempat tidur dan mengambil laptopnya. Ia membuka google dan mengetik nama secara acak tapi entah bagaimana google mengarahkannya untuk mencari SNSD. Terkadang Yuri akan terus memperbaharui dirinya dengan keadaan member-member lain saat ini. Ini adalah satu-satunya cara sejak ia memutuskan hubungan dengan mereka.

‘Kwon Yuri SNSD. Di mana dia?’

Yuri meng-klik halaman itu dan melihat artikel yang ditulis dengan Hangul. Itu adalah artikel tentangnya.

Sudah 2 tahun sejak SNSD menghentikan aktifitas grup mereka dan memulai karier solo mereka namun semua orang terus menanyakan di mana Kwon Yuri berada. Pada awalnya, para netizen mengira kalau Yuri pergi untuk melakukan liburan panjang tetapi setelah menginjak bulan ketiga, mereka menyadari bahwa dia telah menghilang dari spotlight. Tidak ada kabar mengenai keberadaannya atau apa yang sedang dia lakukan saat ini. Hari ini menandai 2 tahun hilangnya Yuri. Dengan 7 member lain yang berpromosi sebagai artis solo dan Jessica menjadi terkenal di industri fashion, hal ini membuat fans merasakan kenyataan yang pahit; kehilangan Kwon Yuri.

Yuri tidak suka melihat namanya masih disebutkan di Korea. Bukan karena ia membencinya namun jika mereka di sana mengetahui seperti apa dirinya sekarang, ia mungkin akan menjadi bahan cacian para haters. Ditambah lagi, itu akan menghancurkan reputasi member yang lain. Yuri meng-klik berita lainnya dan itu membawanya ke satu halaman yang sudah lama tidak ia kunjungi.

“Sekarang jam 11 malam kan?”

Ia ragu-ragu. Namun ia merindukan orang itu. Dia adalah satu-satunya orang yang Yuri hubungi selama 2 tahun ini. Orang itu memberikan nomornya kepada Yuri namun Yuri selalu menghilangkannya, ini adalah satu-satunya cara untuk berhubungan dengannya lagi.

“Haruskah?”

~~~;~~;~~~

“Dan lagu selanjutnya adalah 7 years of love dari Kyuhyun Super Junior. Kami akan segera kembali.”

Sunny meletakkan headphone-nya dan mengacungkan jempol kepada penulis naskah di luar. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka kuncinya. Tidak ada pesan baru. Menguncinya lagi, Sunny melihat ke layar komputer. Instruksi dari penulis naskah muncul.

“Kami memilih beberapa penelepon. Ada beberapa penelepon internasional juga. Kau mau menjawabnya?”

“Sambungkan, Unni. Terima kasih.”

“Oke, aku akan menyambungkannya denganmu setelah lagunya selesai.”

Sunny hanya mengangguk dan menunggu hingga lagu berakhir. Ia kembali memasang headphone-nya.

“Wow bukankah suara Kyuhyun oppa mengagumkan? Ini adalah lagu lama darinya tapi aku selalu menyukai suaranya di lagu ini. Aku akan menjawab telepon sekarang. Halo?”

Hening. Sunny memberikan isyarat kepada penulis naskah, menanyakan apakah si penelepon itu terhubung dengannya. Ia melihat penulis naskah itu mengangguk.

“Halo?”

“Sunkyu.”

Mata Sunny terbelalak. Ia mengenali suara itu. Ia segara mengisyaratkan kepada penulis naskah agar tidak membiarkan panggilan itu on air. Lampu on air dimatikan.

“Yuri?”

“Hei Sunkyu.”

“Kau tidak meneleponku selama berbulan-bulan. Kukira sesuatu yang buruk terjadi padamu.”

“Aku baik-baik saja. Aku hanya rindu berbicara padamu.”

“Aku juga. Kau di mana Yul?”

Itu adalah pertanyaan sama yang Sunny tanyakan sejak awal. ia berharap Yuri akan memberitahukan keberadaannya.

“Di suatu tempat. Jangan mengkhwatirkanku. Maaf karena meneleponmu di tengah-tengah acara radiomu.”

“Tidak apa-apa. Kenapa kau tidak menelepon nomorku?”

Sunny mendengar suara tawa yang tak asing lagi. Satu hal yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

“Aku menghilangkannya. Maaf.”

“Yuri, berikan nomormu.”

“Maaf Sunkyu. Aku tidak bisa.”

“Yul, sudah 2 tahun sekarang. Semua orang terus menanyakan tentangmu.”

“Aku tahu. Sunny?”

“Ada apa?”

“Aku bertemu Sica kemarin.”

Sunny kehilangan kata-kata. Ia tidak berhubungan dengan Jessica sejak dia meninggalkan SNSD bertahun-tahun yang lalu.

“Kita berhasil. Dia sudah mewujudkan mimpinya.”

“Aku tahu Yul. Aku membaca beritanya.”

“Aku bangga padanya.”

“Kita semua bangga.”

“Sunny?”

“Hrmm?”

“Aku harus pergi. Lain kali aku akan meneleponmu lagi. Jaga dirimu baik-baik Sunkyu.”

“Yuri…tunggu!”

Panggilan berakhir. Sunny melepaskan headphone-nya dan berlari menghampiri penulis naskah.

“Kau mendapatkan nomornya?”

Dia menggelengkan kepala.

“Itu nomor pribadi. Dia tahu apa yang dia lakukan.”

“Sial!”

Penulis naskah itu menepuk-nepuk punggungnya berharap menenangkan Sunny. Selalu seperti itu. Demi Sunny, ia merahasiakan hal ini dari semua orang. Ia juga mengharapkan 9 gadis itu entah bagaimana caranya bersatu kembali.

~~~;~~~;~~~

Taeyeon berjalan memasuki galeri dan memandang berkeliling. Ia selalu tertarik dengan lukisan. Karya seni selalu membuatnya merasa tenang dan damai. Ia berjalan berkeliling dan berhenti di depan sebuah lukisan. Lukisan yang menggambarkan seorang laki-laki yang berada di dalam lubang, mengamati segala sesuatu di sekelilingnya tanpa meninggalkan lubang itu.

“Kau tertarik pada lukisan?”

Taeyeon menoleh ke samping kanannya dan melihat seorang wanita berdiri di sampingnya sambil tersenyum. Ia balas tersenyum dengan sopan.

“Ya, aku suka lukisan.”

“Aku senang kau menyukainya. Jarang-jarang ada orang yang menyukai karya seni apalagi memahaminya. Ngomong-ngomong, aku Bette Porter, manager di sini.”

Taeyeon menjabat tangannya dan tersenyum.

“Kim Taeyeon. Senang bertemu denganmu.”

Bette mengamati wajah Taeyeon.

“Ah, kau penyanyi dari Korea Selatan itu. Senang bertemu denganmu juga.”

“Tidak banyak orang di sini yang mengenaliku.”

“Jangan terlalu rendah diri.”

“Terima kasih.”

Bette tersenyum dan mulai membimbing Taeyeon mengelilingi galeri, menunjukkan koleksi-koleksi lukisan di sini. Mereka mengobrol banyak tentang seni.

“Wow lihat jam berapa sekarang. Satu jam berlalu sangat cepat.”

“Benar. Terima kasih sudah menemaniku melihat-lihat.”

“Dengan senang hati lagipula aku merasa senang bertukar pikiran tentang seni denganmu.”

Taeyeon membungkuk kecil dan berbalik.

“Nona Kim, tunggu.”

Taeyeon kembali berbalik.

“Ya?”

“Apa kau ingin menghadiri pesta ulang tahun temanku? Dia juga dari Korea dan kurasa akan menyenangkan jika ada orang Korea yang menjadi tamu kami malam ini.”

Taeyeon merenung sejenak namun ia tidak bisa menolak ajakan Bette menyadari bahwa wanita ini sudah bersikap baik padanya.

“Tentu.”

“Ini akan sangat menyenangkan!”

“Di mana? Pestanya?”

“Club9. Di pusat kota.”

~~~;~~~;~~~

“Happy birthday Kwon Yuri!”

Sorakan nyaring terdengar di dalam Club9. Semua orang bersulang untuk pemilik kelab yang tidak lain adalah Yuri. Besok adalah hari ulang tahunnya namun teman-temannya berpikir kalau mereka harus merayakannya lebih awal. TJ berdiri di atas meja.

“MINUMANNYA AKU YANG TRAKTIR UNTUK PLAYER KITA TAHUN INI, KWON YUL!”

Sorakan yang lebih keras terdengar dari semua orang yang datang. Kelab itu pun dipenuhi banyak orang. Yuri tersenyum dan membiarkan teman-temannya menangani semua ini. Ia hanya ingin minum sesuka hati.

“MARI KITA MULAI PESTANYA!”

Dentuman musik bergema di dalam bar. Speaker yang dipasang Max berfungsi dengan sempurna. Semua teman-temannya ada di sini dan itu saja sudah cukup meskipun ia mengharapkan 8 orang yang lain akan datang.

“Yul!”

Alice berteriak ke telinga Yuri.

“Apa?!”

Alice menyikutnya untuk menoleh ke belakang. Jessica berdiri di sana dengan senyum yang tak akan pernah Yuri lupa.

“Happy birthday Yuri.”

“Teman-teman! Kenalkan temanku, Kim Taeyeon!”

Bette dengan lembut mendorong Taeyeon ke depan.

“Taeyeon?”

“Yul?”

“Sica?”

Shane memperhatikan ketiga orang Korea itu berdiri saling bertatapan.

“Oke, ini semakin aneh.”

~~~;~~~;~~~

TBC

mulai jelas?? so sorry kalo ada beberapa bagian yang gak kalian pahami hehe anyway kalian suka sama bintang tamunya? T.K?? hahaha

also, welcome new readers. thx for coming ^^

see u guys on Saturday.

boiboi~

credit: bluppy @AFF