Dear Diary [Chapter 4]

Missing Twice ;_;

Chapter 4: I believe in Destiny

 

Aku keluar dari kedai es krim dan menarik tangan Nayeon dengan terburu-buru. Aku tidak bisa berlama-lama diam di tempat itu. Aku harus berpamitan dan berbohong kalau aku harus melakukan sesuatu yang penting. Aku berjalan menjauh dari kedai itu dengan tergopoh-gopoh hingga tidak menyadari aku menggenggam pergelangan tangan Nayeon terlalu erat.

“Hei! Kau mau membawaku ke mana? Pergelangan tanganku mulai kesakitan. Lagi pula kenapa kita terburu-buru?” sahut Nayeon jengkel.

Aku berhenti sejenak. Aku melepaskan genggamanku di pergelangan tangan Nayeon.

“Maaf. Kurasa aku kehilangan kendali.” Kataku tenang.

“Kita mau pergi ke mana? Aku akan mengikutimu ke manapun kau pergi. Kau tidak perlu menarikku seperti itu, Babe.”

“Aku ingin membawamu ke apartemenku. Dan kumohon, berhentilah memanggilku Babe. Itu menjijikkan.”

“Oh! Aku tahu kita saling suka tapi janganlah terburu-buru, Babe.”

“Bisakah kau serius untuk sekali saja? Aku hanya ingin berbicara kepada seseorang.” Kataku dengan wajah datar.

Dia hanya menggangguk dan mengikutiku. Dia berubah tenang saat kami berjalan menuju apartemenku. Akan tetapi, senyum di wajahnya tidak pernah menghilang. Dia terlihat seperti seseorang yang tidak mengkhawatirkan apa pun. Aku bertanya-tanya apakah sifatnya memang seperti itu ataukah itu hanya kedoknya.

Kami tiba di apartemenku bahkan tanpa adanya percakapan di perjalanan. Dia duduk di sofa memandangi setiap sudut apartemen. Dia terlihat seperti sedang mencoba mencari tahu orang macam apa aku jika dilihat dari tempatnya. Aku langsung pergi ke dapur, mengambil beberapa makanan ringan dan kemudian pergi ke kamar tidur, mengambil dua buku diary dan menaruhnya di tengah-tengah meja di hadapannya.

“Kenapa buku-buku ini ada di sini?” tanyanya sambil mengambil keripik kentang.

“Aku sungguh tidak tahu apa yang membuatku membawamu jauh-jauh ke sini untuk menceritakan cerita ini padamu. Aku yakin kalau bertemu denganmu hari ini adalah takdir, jadi aku ingin mempercayaimu dan percaya kalau kau akan memahami apa yang akan aku ceritakan padamu.”

“Teruskan.” Katanya sambil mengunyah keripik kentangnya.

Aku memulai dengan menyodorkan dua buku diaryku padanya. Dia membolak-balik halamannya sementara aku menceritakan semuanya. Butuh waktu yang lama hingga aku menyelesaikan ceritaku. Dia tidak bertanya, berkomentar, ataupun bereaksi terhadap apa pun yang aku katakan. Dia hanya membaca setiap halamannya dengan tetap menyunggingkan senyuman. Aku tidak bisa membaca pikiranya. Aku tidak tahu apakah dia mempercayaiku atau dia berpikir kalau aku gila. Butuh waktu yang lama sebelum akhirnya dia berbicara.

“Lalu kenapa kau tidak menjelaskan semua ini kepada Chaeyoung? Mungkin semua ini akan terasa lebih mudah bagimu.” Nayeon berbicara sambil kembali menaruh buku diary di atas meja.

Aku terkejut melihat dia yang bahkan tidak mengatakan kalau aku sudah gila. Dia langsung berbicara ke intinya bahkan tanpa meragukan apakah ceritaku ini nyata atau hanya halusinasi semata.

“Itu karena aku masih percaya pada takdir. Aku yakin meskipun waktu memisahkan kami, jika kami benar-benar ditakdirkan untuk bersama, takdir akan menyatukan kami.” Jelasku.

“Jadi jika kau bilang kalau takdir itu nyata, Chaeyoung akan meninggal sebagaimana dia ditakdirkan, benar?”

Aku menelan ludah.

“Itulah yang aku takutkan. Tapi, adanya aku di sini bisa jadi adalah takdirku ‘kan? Mungkin takdir itu sendiri tidak bisa menerima nasib Chaeyoung dan itulah kenapa takdir membawaku ke sini untuk mengubahnya.”

“Kurasa kau benar. Tapi bagaimana dengan orang yang bernama Tzuyu itu? Jika dia memerankan peranmu, ini berarti dia tidak hanya mencoba mencuri kenanganmu, tapi dia juga mencoba mencuri takdirmu.”

Aku tersenyum menyeringai.

“Itulah yang akan aku cari tahu. Aku harus tahu apa yang dia rencanakan. Aku harus ikut memainkan permainannya.”

Pembicaraan kami menyita waktu berjam-jam sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Aku mengantarnya ke pintu depan. Tetapi, tamu yang tidak diduga-duga mengejutkan kami.

“Momo unnie, sedang apa kau di sini?” tanyaku.

“Mina, kenapa kau kejam sekali.” Katanya dengan suara yang terdengar lucu.

“Apa yang kulakukan? Masuklah dulu dan mari kita bicarakan.” Aku menawarkan.

Dia masuk ke dalam dan Nayeon memutuskan untuk tinggal lebih lama. Kami semua duduk.

“Mina, beberapa hari yang lalu, kau menyuruhku untuk tidak pergi ke tempat Jokbal ‘kan? Kukira tidak ada yang akan terjadi sehingga aku pergi makan ke sana. Lalu, setelah beberapa saat, perutku terasa tidak enak. Aku baru saja akan pergi ke kamar kecil ketika tiba-tiba aku kentut dengan suara yang keras. Aku sangat malu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Semua orang memandangiku sambil berusaha menahan tawa mereka.” Momo memulai ceritanya sambil mengunyah keripik kentang sisa.

Aku dan Nayeon tertawa histeris. Momo sudah menceritakan cerita ini dua kali sekarang tapi cerita ini masih terdengar lucu di telingaku.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak pergi ke sana unnie. Kenapa kau menyalahkanku?” kataku sambil menghapus air mata yang keluar karena terlalu banyak tertawa.

“Kau bisa saja memberitahuku apa yang akan terjadi. Kau hanya menyuruhku untuk tidak pergi ke sana, tapi kau tidak memberitahukan alasannya. Tapi untungnya, seseorang menolongku, itulah kenapa perutku terasa baikan sekarang.”

“Sungguh? Aku tidak tahu kau akan bertemu seseorang di sana.” Aku merasa heran.

Aku mengenalkan Momo pada Nayeon dan kami mengobrol sebentar sebelum keduanya memutuskan untuk pulang. Aku dan Nayeon menunggu Momo di pintu karena dia masih menghabiskan keripik kentangnya.

“Apa kau akan mengizinkanku untuk mengajaknya berkencan?” tanya Nayeon dengan senyum bangga.

Aku tertawa kecil. “Tentu saja.”

“Kenapa kau tidak mengomeliku?” Nayeon merasa heran.

“Tidak ada alasan untuk mengomelimu.” Aku tersenyum.

“Ngomong-ngomong, terima kasih sudah percaya padaku.” Tambahku.

“Tidak ada alasan untuk tidak mempercayaimu.” Dia tersenyum.

Momo akhirnya menghabiskan keripik kentangnya dan pulang bersama Nayeon.

Aku memutuskan untuk beristirahat. Aku meregangkan tubuhku. Aku merasa sangat kelelahan. Hari ini sungguh menyenangkan. Aku bangun dari tempat tidur dan menulis di buku diary. Aku menuliskan semua yang aku alami dan bagaimana aku bisa bertemu dengan Nayeon hari ini. Aku tidak ingat pernah bertemu dengannya sebelum aku kembali ke masa lalu. Aku tidak tahu beberapa kejadian akan berubah ketika kau mengalaminya dua kali. Ini berarti, nasib Chaeyoung pun dapat diubah. Aku memiliki harapan. Sekarang yang harus aku khawatirkan adalah bagaimana cara menyingkirkan Tzuyu. Aku membaca diaryku untuk melihat apa yang seharusnya terjadi selanjutnya.

29 Januari 2016

Dear Diary,

Aku dan Chaeyoung pergi untuk menonton film. Film yang kami tonton sungguh romantis sehingga kami akhirnya berpegangan tangan. Setelah beberapa saat, dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Sangat jelas kalau pipiku merah merona. Setelah menonton film, kami pergi ke kedai es krim dan memesan es krim kesukaan kami. Kami mengobrol banyak. Hari ini mungkin adalah hari terbaik dalam hidupku. Aku berharap kami bisa meresmikan hubungan kami segera.

Kejadian ini akan terjadi besok. Dan jika aku benar, Chaeyoung akan pergi bersama Tzuyu. Aku benar-benar memiliki rencana yang bagus. Aku berharap rencana ini akan berhasil.

***

TBC

credit:  chaenk_you @AFF
Follow chaenk_you on Twitter: @enchaengted

 

 

5 thoughts on “Dear Diary [Chapter 4]

  1. momo seperti si shiksin soyoung suka sekali makan. 😁
    semoga aja rencana yg di buat mina berhasil. apa pun rencana nya. ?.
    terima Kasih pada nayeon karna percaya pada mina.

  2. Semoga aja rencananya mina berhasil..😉
    Kira2 kalau tzuyu mengambil tempatnya mina apa yg akan terjadi??
    Moga2 aja nggak dech kasian mina dia kembali k masa lalu mungkin ingin merubah takdir supaya chaeyoung tidak meninggal

  3. gue masi penasaran sama kehadiran nayeon sama tzuyu . mungkin takdir berkata lain , maunya nanti dikehidupan selanjutnya mina bisa melupakan chaeyeong , dan posisi chaeyeong digantikan sama nayeon untuk menyembuhkan kesedihan dihati mina yg ditinggalkan oleh chaeyeong ..

Leave a reply to soneimagination77 Cancel reply