You’ll be the Prince & I’ll be the Princess [Chapter 23]

Hiiii, am i late?? yes? sorry ^^

enjoy~

~~~ ~~~~ ~~~

Title1d

Chapter 23: Super Black Bear to the rescue

 

“Aku akan menghubungimu lagi. Ingat, jangan melibatkan polisi atau yang lainnya…” si penculik itu memberi seringai mencemooh dan mengakhiri panggilan. Dengan perlahan Yuri menjatuhkan ponsel ke samping, ia menyalahkan dirinya sendiri.

“Bagaimana mungkin aku membiarkan ini terjadi!” Yuri mendesis marah.

“Siapa yang menelepon?” Tanya Sungmin cemas. “Di mana Sunny?”

Frustrasi dengan pangeran yang tak kunjung menjawab, Sungmin meraih bahunya dan memutarnya. Renungan mendalam di raut wajah sang pangeran yang biasanya tenang bahkan membuatnya semakin cemas.

“Apa yang terjadi?” desak Sungmin sekali lagi. Ia sangat ingin tahu tentang si penelepon misterius dan ke mana perginya Sunny.

Yuri menatapnya, bibirnya bergerak-gerak sedikit. Para penculik itu telah memperingatkannya untuk tidak mengungkapkan apa-apa dan dengan taruhan nyawa kedua wanita itu, tidak ada kesempatan untuk berbuat salah. Bahkan otaknya yang biasanya berpikir dengan cepat gagal membuat rencana yang memungkinkan. “Serahkan uang padanya dan dia akan membebaskan Jessica…”

Itu adalah satu-satunya instruksi yang terpikir dalam benaknya. Mungkin, ia bisa melakukan hal itu, hanya seperti yang diperintahkan.

Sungmin menatap sang pangeran, menunggu jawabannya. Ia melihat laki-laki itu berbicara dengan susah payah dan dari percakapan di telepon sebelumnya, ia tahu ada sesuatu yang sangat salah. Tapi kecemasan dan kurangnya informasi mendorongnya lebih lanjut. Tidak dapat bekerja sama dengan pertimbangan jelas Yul, Sungmin mencengkeram kerah Yul dan mendesis marah.

“Apa yang terjadi? Di mana Sunny? Siapa orang yang kau ajak bicara? Kau berbicara tentang apa yang dia inginkan… dan berapa…. ba-banyak-” Suaranya agak gemetar.

Pikiran menerobos masuk ke sarang musuh dengan seorang diri menghilang sejenak ketika Yuri melihat ekspresi ketakutan Sungmin. Ia tidak berhak menyembunyikan kebenaran, tidak terutama ketika Sunny yang tidak bersalah terlibat dalam hal ini.

“Mereka diculik…”

*****

“Aku tahu itu. Hari itu benar-benar Yang Mulia. Tidak heran dia terlihat begitu familiar. Jadi kalau begitu kabar tentang mereka pergi ke Pulau Jeju itu benar! Foto-foto-” ia menghela napas puas, “mereka sangat cocok.”

Sooyoung berdeham.  “Foto-foto itu… aku membutuhkannya segera.” ia membenarkan letak kacamatanya, berharap untuk terlihat lebih menakutkan.

“Aku mengerti. Aku mengerti.” Si penjaga toko menyerahkan lembaran-lembaran gambar negatif dan foto-foto itu dengan terburu-buru. “Aku bersumpah tidak menyimpan salinan apa pun,” tambahnya, mengkhawatirkan ketatnya peraturan di seputar keluarga kerajaan.

Sooyoung tidak bisa menahan keisengannya untuk mengolok-olok si penjaga toko yang ketakutan dengan menatapnya dari kepala sampai kaki dan dengan wajah dinginnya ia mengumpulkan foto-foto itu. Berhari-hari diam di rumah membuatnya bosan.

“Ini adalah rahasia yang sangat rahasia.” Sooyoung berbicara dengan bisikan lembut. “Aku harap kau akan menyimpan foto-foto ini untuk dirimu sendiri atau jika tidak…”

Penjaga toko itu menelan ludah, “Aku mengerti.”

“Bagus… bagus…” Sooyoung bersenandung sebagai jawaban.

Mengunyah donat berlapis coklat di tangan, gadis riang itu tidak mengetahui nasib yang akan dihadapi sahabatnya.

*****

Sungmin mengempaskan tubuhnya ke bangku, ia memegangi wajahnya sambil menatap ke tanah dengan sangat kecewa. “Sepuluh juta dolar… bagaimana mungkin aku mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu jam…”

Yuri mengerang dalam hati, ia mengakhiri panggilan ke rekening bank pribadinya. Tidak mungkin mereka bisa mencairkan uang tunai sebanyak itu dalam waktu singkat. Jumlah terbanyak yang bisa mereka dapatkan hanyalah lima juta dolar, ia telah memerintahkan bank untuk mempersiapkan uang itu dalam waktu sepuluh menit. Keputusan warisan yang telah ditetapkan juga membatasinya untuk menarik bagiannya dari kekayaan keluarga kerajaan dalam jumlah besar sebelum ia berusia dua puluh satu. Dan ia tidak mungkin bisa meminta uang kepada orang lain, tanpa mengungkapkan masalah penculikan itu.

Yuri melirik boneka beruang putih di sampingnya. Hanya beberapa saat yang lalu, Jessica masih memeluk boneka itu dengan kegembiraan yang tersirat di wajahnya dan sekarang, hanya tersisa dirinya sendiri dengan beruang itu. Tekad untuk mendapatkan Jessica kembali dengan selamat mendorong pikirannya untuk berpikir cepat. Seorang penyebar brosur di dekatnya menarik perhatiannya dan sebuah ide muncul di otaknya.

“Di mana toko percetakan terdekat?”

“Eh?”

Sungmin menatap sang pangeran dengan mata terbelalak setelah ia mengetahui niatnya.

“Kau tidak berpikir untuk memalsukan uang, kan?”

“Hanya fotokopi.” Yuri menepisnya.

*****

“Menikmati perjalanan yang nyaman?”

Jessica menatap penculik itu dengan jijik. Melalui kaca jendela yang gelap, samar-samar ia bisa melihat pemandangan bangunan-bangunan menjulang yang menegaskan sebuah kota yang ramai perlahan menghilang. Di sampingnya, Sunny mendengus marah memahami maksud jahat pria itu.

“Mencoba mencari tahu ke mana kita pergi?” Pria itu mengejek lagi. “Kalian tidak keberatan bertukar pikiran dengan kami?”

Merasakan tatapan dingin yang memancar dari tawanannya, pria jahat itu mencemooh. ”Oh, aku hampir lupa…”

Ia mencondongkan tubuh ke depan, wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Jessica dan gadis itu bisa mencium bau rokok dari napasnya. Jessica memalingkan wajahnya seketika namun tangan pria itu melesat dari samping, menyambar kepala Jessica untuk menghadapnya dengan kuat. Tangan pria itu meluncur turun untuk membelai sisi pipi mulusnya. Jessica meronta-ronta melawan pegangannya, yang malah membuat cengkeraman pria itu semakin ketat.

“Aku lupa kalian berdua tidak bisa bicara…” pria itu tertawa histeris, melepas lakban yang membekap mulut mereka dengan ibu jarinya. Tampang bejat di wajah pria itu semakin membuat Jessica jijik. Ia menutup matanya rapat-rapat ketika pria itu mencondongkan wajahnya ke depan dan berbisik di telinganya dengan napas serak.

“Kita bisa bersenang-senang nanti…”

Pikiran keji itu langsung membuat Jessica menggigil ketakutan, napas pria yang hangat itu masih melekat dekat dengannya. Pada saat itu, ponsel pria itu berdering nyaring dan ia merasa lega sesaat, pria itu melepaskan cengkeramannya pada dirinya. Jessica segera membebaskan diri dan merosot kembali ke tempat duduknya, tanpa sadar menarik tubuhnya lebih dekat dengan Sunny. Ia memerhatikan dengan hati-hati saat pria itu menjawab panggilan dengan raut wajah serius.

*****

Sungmin memerhatikan dengan tatapan tidak percaya saat tumpukan uang palsu yang terpotong rapi dijejalkan sembarangan ke dalam dua tas besar. Pemilik toko percetakan itu berkeringat dengan bulir-bulir keringat yang terlihat mengalir di kepalanya yang botak.

“Y-Yang Mulia… apakah… A-anda yakin kalau…i-ini tidak apa-apa?”

Hanya beberapa menit yang lalu, pemilik toko itu terpana melihat putra mahkota berjalan ke tokonya dan meminta semua printer menghentikan produksi untuk mengakomodasi pesanannya dalam jumlah besar; menyalin tumpukan uang seratus dolar, mereka mengklaim bahwa mereka memerlukannya untuk perayaan pesta. Yuri berhasil menjaga ekspresi wajahnya untuk tetap dingin saat ia menuntut permintaan tidak masuk akal itu, meskipun kecemasan di dalam hatinya meningkat.

“Ya, tidak apa-apa!” Yuri berbohong terang-terangan sambil menjejerkan tumpukan uang tunai asli di atas, menyembunyikan kertas-kertas palsu di bagian bawah. Ia hanya bisa berharap para penculik itu tidak akan menyadari tipuannya dengan begitu cepat, memberinya cukup waktu untuk menyelamatkan Jessica dan Sunny.

“Mm… terima kasih atas pelayananmu yang cepat dan… Semoga harimu menyenangkan!” Menepuk bahu Sungmin, ia mengisyaratkan laki-laki itu untuk segera meninggalkan toko, membawa dua kantong berat itu ke dalam mobil.

Setelah berada di dalam mobil, mereka menunggu telepon dari si penculik dengan cemas. Sudah tiga puluh menit sejak panggilan terakhir. Merasa tegang dengan situasi yang sedang mereka hadapi, Sungmin berbicara untuk kembali menegaskan rencana tersebut.

“Jadi… kita akan membayar tebusan dan-”

“Koreksi, aku yang akan membayar uang tebusan itu. Mereka menyuruhku untuk pergi sendiri.”

“Kau tidak bisa melakukan ini sendirian! Aku tidak akan mengizinkanmu!”

Sebelum Yuri bisa membantah pernyataannya, panggilan yang sudah lama dinanti akhirnya datang. Mengisyaratkan Sungmin untuk benar-benar diam, ia menekan tombol jawab.

“H-Halo?” Yuri berusaha untuk tetap tenang.

“Kau sudah menyiapkan uangnya?”

“Ya.”

“Bagus. Apakah kau memberitahu orang lain?”

“Tidak. Tentu saja tidak!”

“Dengarkan baik-baik. Datang ke tempat ini sendiri dan jika aku menerima berita kalau kau sudah memberitahukan hal ini kepada orang lain, aku akan langsung membunuh putrimu dan gadis lainnya.”

Sungmin menelan ludah.

“Kau bisa memegang kata-kataku.”

*****

Mengikuti perintah para penculik, Yuri melajukan mobilnya ke jalan bertanah, melewati bangunan-bangunan yang terletak saling berjauhan sebelum tiba di sebuah bangunan yang terlihat tua yang dipagari dengan kawat berduri. Beberapa gudang berjajar berdampingan dengan jalan bertanah. Dilihat dari tampilan lusuhnya, tempat itu pasti sudah lama tidak digunakan.

Yuri melambatkan mobilnya ketika seorang pria, mengenakan setelan serba hitam, mungkin salah satu dari para penculik itu, keluar di tempat terbuka, menyuruh ia untuk menghentikan mobilnya.

Memastikan bahwa ini adalah tempat yang dimaksud, dengan cepat Yuri menekan beberapa tombol di ponsel touchscreen-nya sebelum menyelipkan ponselnya ke bawah jok mobil, hanya beberapa detik sebelum pria itu mengetuk-ngetukkan buku-buku jarinya ke kaca jendela, memerintahkannya untuk mematikan mesin mobil dan melangkah keluar dari mobil.

“Di mana uang itu?” tanya pria itu.

“Di dalam bagasi… Aku akan mengambilnya…” Yuri menjawab dengan tenang saat ia berjalan menuju bagian belakang mobil. Pria itu mengikutinya, memerhatikan rincian ekstra pada sang pangeran, memastikan dia tidak menipunya. Yuri membuka bagasi dan melemparkan dua kantong berat dengan bunyi gedebug keras keluar. Mata pria itu berbinar sesaat ketika mendengar suara uang-uang itu, jutaan uang tunai. Yuri menurunkan kap dengan hati-hati, berhenti hanya kurang dari satu inci agar tidak terlalu menutupnya. Tentu saja, tanpa diketahui.

*****

“Kau yakin kau tahu cara… memasak?” tanya Sooyoung dengan ekspresi mencela, melihat bagaimana ‘mahir’nya laki-laki itu menggunakan pisau.

“Haha, te-tentu…” Yul meraba-raba papan cencang dan pisau dengan cara yang berbahaya saat ia mulai memotong-motong ikan.

Sebelumnya, Sooyoung menerima panggilan undangan dari Yul, laki-laki itu mengundangnya untuk makan sederhana di ‘tempat’ nya; sebuah kamar hotel tempatnya berkemah sejak ia kembali ke negara itu. Secara teknis, ini kencan pertama mereka sejak pernyataan cintanya dan Yul tidak berniat untuk mengacaukannya.

Untuk yang ketiga kalinya, ikan yang sedang dipotongnya tergelincir dari tangannya dan jatuh di atas meja dapur. Sooyoung menghela napas, memperhatikan kecerobohannya. Yul hanya bisa tertawa malu-malu saat ia kembali meletakkan ikan itu ke talenan basah. “Hehehe, eh… hanya terpeleset.” Ia segera kembali mengiris ikan itu untuk menyelamatkan harga dirinya, tetapi karena terburu-buru, ia tidak sengaja melukai jarinya sendiri. Dengan matanya yang berair, ia memandang Sooyoung dengan tatapan menyedihkan.

“Sooyoung ah…” ia mengangkat jari telunjuknya yang berdarah di lukanya.

“Aish! Babo yah!”

Gadis bingung itu segera menyambar kain kasa di samping dan melilit luka itu, menekannya untuk menghentikan pendarahan.

Yul mendengus sedikit, menahan dirinya agar tidak tertawa terbahak-bahak saat melihat Sooyoung yang panik. Merasakan sesuatu yang aneh, Sooyoung mendongak dan melihat wajah sang pangeran berkerut, berusaha untuk tidak tertawa.

“Aish!” Sooyoung langsung melepaskan tangannya. Namun Yul segera memegang pergelangan tangan gadis itu. Ia tersenyum dan berbicara dengan nada seperti anak kecil. “Kiss?”

Beberapa meter dari mereka, ponsel di dalam tas Sooyoung bergetar sebentar, menunjukkan koordinat GPS yang masuk dari Yuri.

*****

Pemimpin preman itu duduk di atas meja panjang, mengupas apel merah dengan pisau tajam sementara matanya yang berkeliling terfokus sepenuhnya pada si pirang dengan senyum memuakkan. Jessica bisa merasakan sensasi mengerikan merayap turun dari punggungnya.

“Bos, dia ada di sini.”

Telinga Jessica bereaksi saat mendengar berita tersebut dan segera, pintu di kejauhan berderit terbuka perlahan, memperlihatkan siluet seseorang. Matanya mulai terasa perih ketika orang yang ingin ia temui namun berharap orang itu tidak akan cukup bodoh untuk datang sendiri, berjalan masuk.

Beberapa saat kemudian pintu logam itu bergulir tertutup.

“Jadi kau benar-benar datang sendiri…” Pria itu bertepuk tangan, bertepuk tangan atas keberaniannya.

Gudang tua yang berbau logam berat. Yuri melirik ke sekitar dan menganggap pria itu adalah pemimpinnya karena orang-orang yang lainnya hanya berdiri diam dan tetap hening.Mereka semua berpakaian dalam pakaian yang sama persis dengan pengawal kerajaan, kecuali si pemimpin yang mengenakan kemeja hitam. Jelas, orang-orang ini bukanlah penculik biasa. Ini adalah penculikan berencana. Yuri melihat ke arah belakang di mana Jessica dan Sunny dibekam dan diikat di kursi mereka, dijaga oleh orang-orang jahat yang tampak mengancam.

Menahan kecemasannya, Yuri berbicara dengan tenang saat ia meletakkan uang tebusan itu di tanah .

“Ini uangnya. Lepaskan mereka.”

Pemimpin itu mengisyaratkan kaki tangannya untuk maju namun Yuri segera melangkah.

“Lepaskan mereka terlebih dahulu.”

Pria itu hanya tersenyum. “Kau berada di kandang singa… apa yang membuatmu berpikir kalau aku akan mendengarkan permintaanmu?”

Yuri mengeluarkan pemantik api dari sakunya, menyalakannya. Dengan ekspresi acuh tak acuh, ia menambahkan, “Aku bisa saja membakar beberapa uang ini.”

Tindakan ini membuat beberapa orang terkesiap tapi pemimpin mereka tetap tenang. Dia bangkit berdiri perlahan-lahan dan menyeringai, “Sepertinya kau lupa kalau aku memiliki kartu as…”

Begitu pernyataan itu dibuat, jeritan tertahan terdengar dari belakang. Yuri segera mengalihkan perhatiannya ke belakang di mana pria jahat itu menarik seikat rambut gadis berambut pirang, memaksa Jessica memiringkan kepalanya. Sebuah pisau di dekatkan ke lehernya yang terbuka sebagai peringatan mutlak.

“Aku tidak akan mendorong keberuntunganku jika aku jadi kau…”

Tidak bisa melakukan apa-apa, Yuri menurunkan pematik api itu dan melemparkannya ke samping. Dua anak buah pria itu segara mengambil tas berisi uang tersebut. Mereka membuka tas dan setelah melihat tumpukan uang tunai, mata mereka berkilauan dengan tamak. Mereka mengambil setumpuk dari lapisan atas untuk memeriksanya. Merasa senang dengan keaslian uang tersebut, mereka mengacungkan jempol.

“Sekarang kau punya uangnya. Kau bisa melepaskan mereka. Kita sudah sepakat.”

Pemimpin itu tertawa keras.

“Yang Mulia, apakah kau berpikir kau masih tinggal di dalam negeri dongeng?”

Yuri sedikit menyeringai. “Kalian tidak mengincar uangnya…”

“Ya, ada hal yang lebih berharga daripada uang,” pria itu tersenyum licik sementara anak buahnya mulai mengelilingi Yuri.

“Misalnya… Balas dendam. Kau mengenalku? Kau mematahkan rahangku beberapa waktu yang lalu…”

“Aku tidak akan repot-repot mengingat seorang sampah.” ejek Yuri sebagai balasannya.

Pria itu adalah orang yang mabuk di malam hujan pada waktu itu. Jika pria itu ingin membalas dendam, akan lebih baik jika Yuri menarik perhatian penuh pria itu ke dirinya sendiri. Ia mengumpat dalam hati. Jika ia bisa mengetahuinya dari dulu, ia akan memberi lebih dari sekedar patah rahang pada malam itu.

Pria itu menggertakkan gigi dan tersenyum licik, “Anggap saja seseorang telah membayarku dengan harga yang lebih pantas untuk membunuhmu…”

*****

“Kau dengar dia…”

“Apa kau yakin? Yul, kau tidak mungkin melakukan ini sendirian!”

“Tidak ada pilihan lain!”

“Sialan!” Sungmin membanting tangannya ke dashboard dengan frustrasi karena ketidakbergunaannya. Dashbord itu terbuka, menarik perhatian Yuri dan sebuah ide langsung melintas di kepalanya.

“Aku punya ide…”

Dengan hati-hati Sungmin mengintip dari lubang kecil dari bagasi yang tidak terlalu tertutup, memastikan tidak ada seorang pun di sekitar sebelum ia meluncur keluar dari bagasi gelap.Menutup kap diam-diam, ia menyandarkan tubuhnya ke bagian belakang mobil dalam gerakan cepat. Ia mengusap dahinya yang dibasahi keringat, setelah bersembunyi di bawah selimut penutup di bagasi yang pengap. Yuri sengaja membiarkan kap itu sedikit terbuka, sehingga ia bisa memanjat keluar dari tempat persembunyiannya jika perlu. Setelah berdebat selama sepuluh menit akhirnya Sungmin sepakat. Ia melihat arlojinya. Sudah dua belas menit sejak Yuri pergi.

Ia mengintipkan kepalanya keluar dan melihat seorang pria penjaga berdiri di luar pintu logam. Ia mengamati sekelilingnya. Ada beberapa barel logam di sebelah kirinya. Mengambil waktu yang tepat saat pria itu memalingkan kepalanya ke sekitar, Sungmin bergegas pergi, bergulir ke samping sebelum pria itu mencurigainya.

Ia mendengus lega. Berjam-jam menonton film-film aksi ternyata membuahkan hasil juga.

*****

“Maksudmu kode nama superhero aku?”

“Super Black Bear!”

“Super Black Bear untuk menyelamatkan!”

Jessica menatap ngeri saat pria itu tak henti-hentinya menghujani beberapa pukulan pada sang pangeran. Ia berteriak, berusaha menghentikan pukulan itu tapi hanya suara teredam yang keluar. Detik-detik berlalu dengan sangat lambat, hatinya merasa ngeri dengan setiap pukulan yang diterima Yul. Semua ini tidak akan terjadi jika ia tidak sebodoh itu untuk jatuh dalam tipuan mereka. Air matanya mengalir terus menerus saat ia berusaha melepaskan tali yang mengikatnya kuat dengan putus asa, mengabaikan rasa sakit seperti gesekan terhadap kulit lembutnya. Ia tidak lagi memusingkan identitas Super Black Bear dari masa lalunya. Yang diinginkannya sekarang hanyalah Super Black Bear ini bisa bertahan hidup.

Sebuah pukulan berat di pelipis kirinya mengirim Yuri terkapar ke tanah. Yuri berusaha menahan rasa sakit yang berdenyut-denyut di kepalanya dan kegelapan yang mengancam untuk menguasainya. Ia tidak ingin kehilangan kesadarannya sekarang. Tidak terutama ketika Jessica belum berhasil keluar dari situasi genting itu.

“Tidak kuat lagi huh?”

“Lepaskan…mereka…” Yuri bergumam tak jelas.

Dengan sekali jentikkan jari, anak buahnya menyeret Yuri untuk berlutut. Pria itu meraih rambut Yuri dan kepalanya tersentak ke belakang. Aliran darah segar menetes dari hidungnya.

“Apa katamu? Aku tidak bisa mendengarnya.” Ejek pria itu.

“Lepaskan…mereka… mereka… tidak ada hubungannya… dengan ini”

“Yah, teriakanmu tidak ada gunanya! Kau tidak bisa melarikan diri!” Sebuah suara terdengar dari belakang. Pria kesal yang mengawasi Jessica berbicara dengan kasar. Ia sudah tidak tahan untuk membuat beberapa tindakan tetapi ia hanya diperintahkan untuk menjaga gadis-gadis ini.

Jessica terus berteriak dan berusaha membebaskan diri dari ikatannya.

“Ini menjengkelkan, sialan!” Pria jahat itu menampar pipi Jessica dengan keras.

“Jauhkan tanganmu darinya!” Yuri berteriak marah, sangat mengejutkan semua orang yang berada di sana. Dipicu dengan keinginan yang terus bertambah untuk melindungi Jessica, Yuri memaksa dirinya untuk tetap fokus.

“Mencoba untuk menjadi pahlawan?” Pria itu mengejek sang pangeran, mengisyaratkan anak buahnya untuk menariknya sampai berdiri.

“Bull, bagaimana kalau kau ajarkan pelajaran berkelahi yang tepat pada orang ini?”

“Dengan senang hati.”

Pria yang menjaga Jessica sedari tadi maju ke depan. Akhirnya, kekuatan fisiknya akan digunakan. Ia menatap logam tajam di tangannya dan melemparkannya ke tanah. Ia tidak biasa menggunakan benda itu, ia lebih suka menggunakan tangan kosong.

Bull berjalan menghampiri sang pangeran dan yang lainnya segera mundur, tampaknya takut oleh pria kasar itu. Yuri terhuyung ke depan, hampir tidak bisa mempertahankan sikap berdirinya.

“Kita lihat apakah kau dapat bertahan dalam satu menit.” Bull mencibir sambil membunyikan buku-buku jarinya.

*****

Sungmin mengintip dari tempat persembunyiannya hanya beberapa meter dari gadis-gadis itu berada. Sebuah pisau tergeletak di lantai di antara Jessica dan Sunny. Preman-preman itu terlalu asyik dengan perkelahian satu sisi di depan dan meninggalkan gadis-gadis itu tanpa pengawasan.

Mengambil kesempatan, Sungmin bergegas maju. Kedatangannya yang mendadak mengejutkan gadis-gadis itu tetapi mereka segera menahan keterkejutan mereka. Jika ada orang yang memperhatikan mereka sekarang, semuanya akan sia-sia. Sungmin mengambil pisau dalam gerakan cepat dan mulai memotong tali yang mengikat gadis-gadis itu.

Sebuah bunyi keras yang memekakan telinga memenuhi ruangan dan jantung Jessica terasa lemah. Jessica yang khawatir memohon agar ia bisa lebih cepat, menggeliatkan pergelangan tangannya meskipun Sungmin sudah setengah jalan memotong tali tebal yang mengikatnya.

*****

“Dasar kau…” Bull meraung marah saat ia kehilangan sasarannya sekali lagi. Bull membebaskan dirinya dari sisa-sisa patahan peti kayu. Yuri sempat menghindari serangannya namun perkelahian itu membuat seluruh tubuhnya kesakitan. Ia terbatuk, meringis akibat rasa nyeri di tulang rusuknya. Perkelahian sebelumnya mengakibatkan satu atau dua tulang rusuk kirinya patah.

Bull merasa marah. Sudah lebih dari dua menit dan ia hanya berhasil mendaratkan satu pukulan pada sang pangeran. Merasa terhina, sekali lagi ia melangkah maju dengan membabi buta, mengayunkan pukulan ke depan. Kali ini, Yuri terlalu lambat untuk bereaksi tepat waktu. Tinjunya melayang ke rahangnya, membuatnya terangkat ke udara sejenak sebelum mendarat terlentang. Yuri meringis saat rasa sakit kaku menyebar di rahang bawahnya.

Merasa puas, Bull meraih kerah Yuri dengan kasar, menariknya sekali lagi.

“Dan itu pelajaran kedua, mematahkan rahang seseorang.”

“Kau…menampar… dia dengan…tangan yang mana?” Yuri mengertakkan giginya kuat-kuat, mencoba untuk tetap fokus.

Bull mengangkat tangan kanannya mengejek.

“Apa yang akan kau lakukan?”

“Jangan…”

Bull tidak bisa memahami satu kata pun yang digumamkan sang pangeran. Ia menatapnya dan segera mengetahui alasannya. Mata sang pangeran tidak lagi fokus dengan benar dan dia terkulai lemas. Pangeran itu akan segera tersingkir. Bull menyeringai.

“Aku tidak bisa mendengarrrrr muuuuu~”

“Aku bilang… jangan main-main… dengan putriku…”

Yuri menendang pria itu di bagian yang paling menyakitkan. Yuri hanya pura-pura pingsan. Setelah cengkeraman pria itu mengendur, Yuri menanduknya, mengabaikan rasa sakit yang menjalar di kepalanya. Dengan cepat ia memukul leher bagian belakang pria itu dengan gerakan karate, menjatuhkannya seketika. Gerakan itu sama persis dengan gerakan yang telah ia pelajari secara pribadi dari Sooyoung.

“Yul!”

Sebuah suara yang sangat familiar terdengar dari belakang. Di sanalah Jessica, berdiri sempurna tanpa terluka sedikit pun bersama Sunny dan Sungmin.

Yuri tersenyum.

“Tangkap mereka!” Pemimpin mereka berteriak dengan marah.

Sekarang, dengan Jessica yang telah keluar dari bahaya, setidaknya untuk saat ini, Yuri berjuang kembali dengan sekuat tenaga. Bahkan dengan beberapa tulang rusuk yang patah, rasa sakit itu tidak terasa di dalam benaknya. Ia hanya terfokus untuk keluar hidup-hidup dari tempat ini dengan Jessica, dan tidak ada lagi yang terpenting.

Menggertakkan giginya, Sungmin mengeluarkan suara meraung untuk meningkatkan keberaniannya sebelum terlibat ke dalam perkelahian. Tidak mau kalah, gadis-gadis itu pun mengambil apa saja yang bisa mereka dapatkan dan menyerang salah satu pria dengan penuh semangat.

Yuri terengah-engah, ia mencengkeram sisi paha kanannya. Ia beruntung bisa lolos dengan hanya luka kecil yang disebabkan oleh si pemimpin yang tidak puas dengan pisaunya. Si pemimpin itu meraung marah dan menerjang maju dengan sebilah pisau di tangan. Yuri mencoba bergerak keluar, namun rasa sakit menusuk  yang memancar dari tulang rusuknya menyebabkan dirinya terhuyung mundur dan terjatuh ke tanah, tak berdaya melawan serangan yang akan datang.

“Yul!”

Samar-samar ia melihat rambut pirang melintasi pandangannya dan Yuri merasakan pelukan hangat dari depan.

“Sica!”

Sebuah adegan déjà vu dari seorang gadis pirang yang sekarat dalam mimpinya terukir jauh di dalam benaknya.

“Tidak. Pergi!” Pikiran Yuri berteriak putus asa.

Jessica tidak lagi peduli apakah itu akan menyakiti, atau akan membunuh dirinya. Keinginan tulus untuk melindungi Yul menempatkan dirinya dalam keadaan yang tidak mementingkan diri sendiri. Ia memegang Yul dengan erat, menutup matanya rapat-rapat saat ia menguatkan dirinya untuk rasa sakit yang akan datang, rasa sakit yang tak pernah datang.

Sebuah tembakan tiba-tiba terdengar dari belakang dan pemimpin gang itu mengernyit sebelum dia jatuh ke depan, mendarat hanya beberapa langkah dari Yuri.Semua orang yang berada di sana membeku mendengar suara tiba-tiba itu.

Yuri hanya bisa menatap kosong saat melihat darah yang melumuri punggung pria jatuh itu. Ia memalingkan mukanya dan melirik keberadaan sosok baru yang berdiri hanya beberapa meter darinya.

“T-Taewoo…”

Pengawal tinggi kekar itu berusaha tidak mengenali sang pangeran saat ia melangkah maju, mengangkat pistolnya pada penculik lainnya.

“Kau!” Salah satu penculik mengangkat jarinya pada Taewoo tetapi sebelum ia bisa melanjutkan, tembakan lain diluncurkan dan dia pun jatuh dengan kasar.

Yuri langsung menarik Jessica lebih dekat dengannya, menangkup kedua telinganya ketika gadis itu merasa gemetar ketakutan. Di dekatnya, Sungmin dan Sunny berjongkok di belakang peti, menghindari baku tembak yang terdengar terus menerus. Satu demi satu, pria-pria itu jatuh ke tanah. Yuri hampir tidak bisa bernapas melihat pemandangan mengerikan itu. Akhirnya, pembantaian itu berakhir ketika pria terakhir menyerah tanpa perlawanan. Bau tembakan memenuhi ruangan yang sudah bau busuk.

Suara batuk di depannya menarik perhatian Yuri. Yang mengejutkan, tampaknya tubuh si pemimpin mulai bergerak. Dia menggertakkan giginya, berbalik telentang dan menatap sosok tinggi yang mendekat.

“Kau… kau pengkhia-”

Sebelum pria itu bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah peluru meluncur menembus tengkoraknya, mengakhiri hidupnya seketika. Tindakannya membungkam Yuri. Tidak ada gunanya membunuh orang yang sudah lumpuh.

“Kenapa…” Yuri menanyai Taewoo yang berdiri di dekat mayat dengan ekspresi tenang yang menakutkan.

“Karena orang mati tidak berbicara.”

Ada sesuatu yang tidak benar. Jantung Yuri mulai berpacu.

“Anggap saja seseorang telah membayar harga yang lebih pantas untuk membunuhmu…”

Kata-kata yang dikatakan oleh pria sebelumnya, berdering di pikirannya.

Bahkan, ada sesuatu yang sangat salah.

“Sica… lari…”

~~~;~~~~;~~~

TBC

sorry ya, akhir-akhir ini gue lagi sibuk ngurusin buat konsolidasi MABA :/ just please bear with me 😀

credit: choki @SSF

boiboi~

43 thoughts on “You’ll be the Prince & I’ll be the Princess [Chapter 23]

  1. Gila yul keren bnget sbagai seorng yeoja,
    aduh sooyoung knpa lu malah asik pacaran sih tmn lu udah mau mati tuh…

  2. Buluk kesayangan gw bener2 disiksa dahhh… Hwuueeehhhh…
    *kokosehan*

    Hatur Taengkyu buat apdetannya.
    Pye pyeee…

  3. yul kau itu yeoja,,,, tapi beruntung banget sica memilikimu,,,
    tapi bagaimana jika kedokmu terbongkar yul??? akankah sica masih mau menerimamu??

  4. Nah loh yuri soosweet bingit ampe rela
    Berkorban ampe klepek” buat sicababynya….
    Firasat pa yg yuri rsakan?
    Ok thor dtunggu next chap nya …

  5. Kira-kira soo ngeliat pesan gps dari yuri gak yach?semoga soo bisa nyelamatin yulsic terus semua kebenarannya bisa kebongkar

  6. Sica entar kalo lu marah gara-gara tau identitas yul yang sebenarnya, lu inget aja kejadian ini, yul udah mati-matian noh buat elu kekkeeke

  7. spertinya yuri tau kalau taewoo adalah dalang dari penculikan sica berkat omongan dari pemimpin penculik itu
    lanjut lagi thor penasaran apakah soo menerima pesan GPS dari yuri dan datang bersama yul dan bagaimana dgn nasib yuri dan apakah suca akan menuruti perintah yuri

  8. Aishhhhhh…..kwon kasian bngt luka2 mulu krna nyelametin sicababy ny….
    Itu soo bkal dtang gk ni stlh liat pesan gps ny yuri…
    Semoga yulsic cpt ada yg nolongin….sprtny yuri ngerasa ada yg gk beres….
    Lanjut thor seru bngt crta ny….
    Semangat….

  9. Anjriiiiiit… tambah keren ajeu nih Cerita. Asli… gw ampe gk abis pikir sama yuri. Dia yeoja, tapi kuat bgt. Gw tambah salut ajeu sama sosok yuri di sini….
    Dan taewoo… sial bgt tuh orng…
    Moga2 ajeu si Sooyoung cepet nemuin yuri trs nolong deh. Gw udah ketar ketir liatnya.
    BTW gw lupa, nie ff ampe brp chap sih ?
    Abbi mah gelo kalo ky kiteu hahaha

    Ok deh neng tarra…

  10. whooaaa yuri emng yeoja yg tangguh keren lg
    duh itu yul sm soo malah asyik pacran, kyknya emng gak tau kl yuri dlm bahaya
    taewoo knp kok tiba2 bantuin yuri ya??
    moga yuri gak knp2, abisnya di gebukin trus
    sica bruntung bnget pnya yuri:-D:-D

  11. Oia, neng tara binti author nama akun twitter-nya apa sih? Kok ga tertera d’WP? Cz pgn gw follow niy. Hehe….

  12. berharap soo bsa ngerti sinyal yg diksh yul,,
    yulsic bebas dr penculik tp malah mkin dlm bahayaa…

  13. Ternyata yg nyulik sica emang bener” pria yg waktu ditaman.
    Sempet kepikiran juga sama paman yul yg ngerencanain suatu hal yg buruk terhadap yulsic tapi malah keduluan ama tuh preman.Kenapa gk nyelamatin yulsic?Yah walaupun paman yul jahat tapi dia bakaln nyelametin yulsic buat melancarkan rencananya…Tapi setelah mendengar kata” terakhir tuh preman yg bilang taewoo pengkhianat berrti mereka emang sekongkol…Dan sekrang yulsic bener” dalam bahaya…Berharap sooyoung segera datang dan nyelamatin yul…Aduh..kok gue jadi penasaran tingkat akut??#Arrgh

    Maaf ya tarra kebanyakan cuap” nih gw..Tadinya mau buat oneshoot komenan..Tapi tkut diamuk masa.hahaha 😀

    Hwaiting!!

  14. yuri daebak kelewatan lah *gulingguling
    berkorban untuk sang princess tercinta hahaha
    semoga selamet kek 😥
    kalo ga authornya yang gue cekik hahaha *peace ya thor 😀

  15. sooyoung….. sahabatmu sekarat dipukuk pencuri. yuuul adikmu butuh bantuanmu. hentikan kencan kalian okay.
    yuri hebat sekali dan menghadapi pencuri2. sepertinya yuri mencium bau taewon aneh.

  16. yuri emg cew tpi kekuatan ny mngkin mlebihi pangeran yg sbnar nya…
    yuri slalu trluka buat jessica…

    sooyoung lg sibuk kencan gk bklan tau lh klau pangeran dlm mslah..

  17. kasihan yul oppa, luka yang ini belum sembuh eh uda ada aja lagi luka baru yang nginap ditubuhnya..
    tapi gak apa itu semua demi sica onnie tersayang..
    yul oppa cepat bertindak, itu semua kejahatan yang dilakukan pengawal itu bersama pangeran licik itu..
    yul oppa cepat lari dari sana..
    makin penasaran sama ceritanya..
    lanjut chingu..
    jangan lama-lama ya update nya..
    selalu ditunggu..
    see you, semangat..

Leave a reply to Revan_sicababy Cancel reply